Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beberkan Masalah di Industri Pertanian, Moeldoko: Petani Pasti Kesulitan

Kompas.com - 25/05/2021, 15:58 WIB
Elsa Catriana,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko membeberkan, ada berbagai masalah yang ditemukan dalam industri pangan Indonesia khususnya di industri pertanian.

Pertama, permasalahan luas tanah yang sempit.

Khususnya di pulau Jawa, ditemukan adanya paradoks antara luas lahan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang ada.

Baca juga: Jalin Kerja Sama Bidang Pertanian, Indonesia dan Rusia Lakukan Transfer Teknologi

"Tanah kita itu sempit khususnya di Jawa. Tanah sempit, penduduk banyak ini yang membuat adanya paradoks untuk pertanian kita. Sementara di luar Jawa itu penduduknya yang sedikit tapi ketersediaan tanahnya luas," ujar Moeldoko dalam Indonesia Food Summit 2021 yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (25/5/2021).

Moeldoko menyebutkan berdasarkan hasil survei pertanian pada sensus 2018, kondisi lahan di Indonesia hanya memiliki luas 903 meter, sementara luas lahan non sawahnya hanya 5,5 meter persegi.

"Ini bisa dibayangkan kondisinya seperti apa, mau bagaimanapun petani pasti kesulitan," ungkap dia.

Bukan hanya dari sisi luas lahan, kata Moeldoko, tetapi kualitas tanah di Jawa juga sudah rusak.

Hal ini disebabkan karena banyaknya para petani yang lebih mementingkan kualitas dan kuantitas hasil padinya daripada kualitas tanahnya.

Baca juga: Ekspor Pertanian pada April 2021 Naik 18,98 Persen

"Mereka berpikir bagaimana caranya biar padinya banyak dan bagus jadi mereka pakai pestisida yang berlebihan, pupuk yang berlebihan, kurang dikontrol tanahnya," ungkap dia.

Dalam hal ini, pemerintah akan melakukan gebrakan yaitu reforma agraria yang sasarannya ditujukan untuk bagaimana meningkatkan distribusi lahan serta kepemilikan tanah untuk masyarakat.

"Saya yang mengawal di reformasi ini. Ini sebuah langkah untuk ketersediaan lahan petani, betul-betul akan berubah," kata Moeldoko.

Persolan selanjutnya terletak pada masalah kapital.

Masih banyak ditemukan petani Indonesia yang belum terjangkau layanan perbankan atau bankable.

Baca juga: Kementan Dukung Petani dengan KUR, Pengamat: Pertanian Tumbuh Positif di Kuartal II

Hal ini pun mengakibatkan sulitnya para petani mendapatkan peminjaman dari perbankan.

Sementara dari sisi teknologi, Moeldoko menilai petani Indonesia masih sedikit yang bisa menyerap penggunaan teknologi yang modern.

Hal ini, kata Moeldoko, berpengaruh pada sulitnya petani untuk memanagemen produksinya mulai dari sistem tanam, hingga panen.

"Mereka tidak mengerti berapa modal yang harus dikeluarkan, hitung-hitungannya tidak mengerti. Begitu panen mereka enggak ngerti untungnya gimana, intinya mereka bertani itu untuk makan saja," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Cara Cek Angsuran KPR BCA secara 'Online' melalui myBCA

Cara Cek Angsuran KPR BCA secara "Online" melalui myBCA

Work Smart
10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

Whats New
Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Whats New
Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Whats New
BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com