Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN DIARY KOMPASIANA] Menyensor Bacaan Anak | Mengajak Anak Baca Buku | Nostalgia Geng Buku

Kompas.com - 27/05/2021, 16:13 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Pada momen seperti apa orangtua bisa mulai mengenalkan bahan bacaan yang sesuai untuk anaknya?

Pertanyaan seperti itu kerap kali muncul bagi pasangan muda yang baru saja memiliki anak. Mereka ingin lebih dulu dikenalkan kepada buku daripada gadget.

Membacakan buku cerita secara nyaring kepada anak, misalnya, bisa jadi cara bagi orangtua untuk menumbuhkan minat membaca anak.

Karena, dengan membacakan buku cerita secara nyaring orangtua juga bisa lebih dekat dengan anak.

1. Dari "The Sky is Falling", Saya Belajar untuk Tidak Terlalu Menyensor Bacaan Anak

The Sky is Falling memang bukanlah buku anak-anak, tapi Kompasianer Nana Marcecilia sudah membacanya sewaktu masih kelas VI SD.

Akan tetapi Ibunya seringkali meminta Kompasianer Nana Marcecilia dan adiknya untuk menceritakan ulang apa yang kami baca, lalu apa pesan moral yang kami dapatkan.

"Andaikata buku bacaan tersebut terlalu dewasa untuk usia kami, dan Ibu tidak menemukan bahasa yang tepat untuk menjelaskannya, beliau hanya akan memberikan sinopsis ceritanya," tulisnya.

Dengan bimbingan dan persiapan diri dari orang tua, daya imajinasi anak lebih berkembangan, membangkitkan rasa penasaran mereka ke arah yang positif. (Baca selengkapnya)

2. Mengajak Anak Membaca Buku

Sebagai seorang bocah kampung di era 90-an di pedalaman Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kompasianer Roman Rendusara rasanya sulit mendapatkan buku-buku bacaan anak-anak seusianya.

Kala itu, lanjutnya, infrastruktur jalan masih pakai jalan kaki ke kota sejauh puluhan kilometer, sarana listrik masih mengandalkan lampu pelita dengan bahan bakar minyak tanah.

"Kami tidak pernah memiliki buku bacaan anak-anak. Buku saja tidak ada, apalagi perpustakaan sekolah, apalagi taman baca," tulis Kompasianer Roman Rendusara.

Ada kerisauhan melihat generasi kini yang jarang memanfaatkan waktu luang untuk membaca buku. (Baca selengkapnya)

3. Geng Buku: Urunan, Gaya-gayaan, hingga Numpang Baca di Gramedia

Kesukaan membaca di toko buku ini bermula ketika Kompasianer Yana Haudy bersama teman-temannya sering berbelanja alat tulis di Gramedia Melawai (Blok M, Jaksel).

Pada medio 1990-an, tulisnya, buku-buku di toko Gramedia tidak disampul sehingga banyak orang yang menghabiskan waktu dengan membaca gratis di sana. Kami pun ikutan baca.

Akan tetapi mereka tidak memiliki selera buku yang sama, tapi mereka membaca hampir semua genre komik dari Conan, Doraemon, Tintin, sampai novel karangan YB Mangunwijaya dan Karl May.

"Pada akhirnya, kesukaan kami membaca buku mungkin mendasari pola pikir kami di masa dewasa untuk memanfaatkan waktu seefektif mungkin," tulis Kompasianer Yana Haudy. (Baca selengkapnya)

***

Simak konten-konten menarik lainnya di Kompasiana pada subkategori Diary.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com