Perubahan ini yang menyebabkan department store di luar Matahari, Ramayana, Metro dan Sogo angkat tangan. Mereka gagal merebut pasar yang sudah dikuasai Matahari, Ramayana, Metro dan Sogo. Sementara pelanggan-pelanggan baru lebih suka berbelanja di specialty store.
Lokapasar ritel
Aneka berita menyebut, lantaran telat bertansformasi ke digital, industri ritel terpuruk. Sebelum pandemi, peritel konvensional sudah meluncurkan platform digital yang disebut omni channel.
Sebut saja Alfa dengan Alfacart, Indomerat melalui Klik Indomart, jaringan Trans Retail lewat Transmart Delivery, Mitra Adiperkasa via MAP Club dan jejaring Kawan Lama mengembangkan Ruparupa.
Omni channel ini untuk memperkuat jejaring luring (offline) mereka. Peritel konvensional sadar bahwa pada masa depan, gerai-gerai luring akan semakin kuat manakala didukung dengan daring. Terjadi sinergi untuk memperkuat rantai bisnis.
Omni channel milik peritel konvensional ini pada masa pandemi, memang menolong penjualan. Namun tidak mutlak. Penjualan Matahari melalui matahari.com hanya menyumbang dua persen.
Sementara berbelanja kebutuhan sehari-hari melalui ommi channel atau lokapasar tidak berdampak signifikan. Konsumen tetap lebih suka datang langsung ke toko.
Omni channel hanya memberi kemudahan karena konsumen bisa berbelanja melalui platform walaupun proses pengambilan tetap datang ke toko.
Apakah dengan membangun lokapasar, peritel konvensional akan berjaya seperti lokapasar lain yang dikembangkan oleh Tokopedia, Blibli dan kawan-kawannya itu? Belum tentu. Malah bisa buntung.
Mataharimall.com merupakan lokapasar yang melayani sistem belanja "O2O" (online-to-offline dan offline-to-online). Bahkan dikembangkan sebagai lokapasar yang melayani penjualan aneka rupa kebutuhan manusia. Dana maha besar dikucurkan. SDM terbaik dari pelaku bisnis digital berkarya didalamnya.
Hasilnya? Tutup tak sampai berumur empat tahun.
Ada ratusan lokapasar mirip Mataharimall.com yang layu sebelum berkembang. Segelintir saja yang berkembang pesat. Alhasil memindahkan bisnis ritel konvensional ke digital hanya memasuki ruang gelap tanpa ujung.
Digital memang penting, namun bukan yang utama. Digital membantu peritel konvensional untuk bertahan menghadapi keganasan pandemi.
Menarik apa yang ditulis oleh Muhammad Chatib Basri. Jika ekonom (baca: pengamat bisnis) melakukan proyeksi angka pertumbuhan ekonomi, sebenarnya ia ingin menunjukkan rasa humornya.
Mengapa?
Karena ada variabel penting yang amat menentukan, tetapi tak bisa kita ketahui: pandemi. Akankah ada gelombang kedua? Berapa lama situasi ini akan terjadi? (Kompas, 28/5/2021).
Segala ulasan tentang bisnis ritel oleh para pengamat tak lebih ingin menunjukkan rasa humornya. Termasuk tulisan ini. Sebelum kapan diketahui pandemi berakhir, semua hanyalah humor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.