Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Pasar 10 Startup China Anjlok Rp 11.200 Triliun, Kenapa?

Kompas.com - 31/05/2021, 11:09 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

SHANGHAI, KOMPAS.com - Perusahaan rintisan (startup) China yang dulunya luar biasa populer kini kehilangan keunggulannya.

Dalam beberapa bulan terakhir, harga saham perusahaan teknologi itu anjlok karena para investor khawatir dengan tindakan keras yang diambil pemerintah China di sektor tersebut.

Kapitalisasi pasar dari 10 perusahaan IT dan teknologi tinggi terkemuka, termasuk Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings, telah turun lebih dari 800 miliar dollar AS atau hampir 30 persen dari puncaknya pada bulan Februari.

Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Startup?

Jumlah itu setara dengan Rp 11.200 triliun (kurs Rp 14.300 per dollar AS).

Mengutip Nikkei Asia, Senin (31/5/2021),  The Science and Technology Innovation Board, atau yang lebih dikenal dengan papan STAR dan rumah bagi perusahaan teknologi paling terkemuka di China, sekarang berada dalam kisaran rendah.

Tencent, sebuah startup yang mengoperasikan aplikasi perpesanan WeChat, sahamnya pada Selasa waktu setempat ditutup di level 585,5 dolar Hong Kong, turun mencapai 20 persen dari rekor tertingginya pada Februari.

Pada Kamis minggu lalu, Tencent mengumumkan, laba bersih pada kuartal I 2021 ini mencapai 47,7 miliar yuan atau 7,44 miliar dollar AS. Laba tersebut naik 65 persen dari tahun sebelumnya.

Kinerja Tencent berbanding terbalik dengan perusahaan milik Jack Ma, Alibaba, yang mencatat kerugian bersih dalam periode yang sama. Kerugian dialami Alibaba karena denda antitrust yang sangat besar.

Kendati demikian, saham Tencent tetap melemah karena pemerintah memperkuat cengkeraman kebijakan terhadap perusahaan tersebut. Pada Mei lalu, Tencent diperintahkan untuk menghentikan pengumpulan informasi pribadi pengguna aplikasinya secara ilegal.

Alibaba dan unit keuangannya, Ant Group, juga berada di bawah pengawasan ketat pemerintah. Adanya "campur tangan" pemerintah inilah yang mengakibatkan mundurnya rencana IPO Ant Group pada November tahun 2020.

Selain itu, Tencent, perusahaan e-commerce JD.com, platform pengiriman makanan Meituan, dan 10 perusahaan platform online lainnya dipanggil oleh bank sentral pada akhir April. Sepuluh startup ini diperintahkan untuk sepenuhnya menerima pengawasan regulator di bidang keuangan.

Akibatnya saham JD, pengecer elektronik Pinduoduo dan Meituan, yang menganggap Tencent sebagai pemegang saham utama, turun tajam bersama dengan saham perusahaan teknologi lainnya.

Tercatat, Alibaba dan Tencent telah berulang kali berinvestasi dalam startup yang menjanjikan. Pertumbuhan startup yang mereka danai telah meningkatkan nilai pasar kedua raksasa teknologi China itu.

Baca juga: Potensi Startup Indonesia Besar, MDI Ventures dan Finch Capital Luncurkan Arise Fund

10 perusahaan terdampak

Bank Investasi GuoDu Securities berpendapat, Tencent dan saham perusahaan startup lain terlalu rendah untuk saat ini. Risiko dari kebijakan regulator membatasi kenaikan dalam bentuk apapun.

Asal tahu saja, kapitalisasi pasar Alibaba, Tencent, Meituan, JD, dan operator aplikasi video pendek Kuaishou, yang terdaftar di bursa Hong Kong, telah turun 20 persen menjadi 40 persen dari 17 Februari 2021.

Total saham mereka mencapai sekitar 13,5 triliun dollar Hong Kong atau 17,4 miliar dollar AS, menurun lebih dari 5,1 triliun dollar Hong Kong.

Kemudian, kapitalisasi pasar gabungan Pinduoduo, raksasa pencarian Baidu, platform layanan keuangan Lufax, situs streaming video Bilibili, dan platform game NetEase yang terdaftar di bursa AS pun turun sekitar 150 miliar dollar AS selama periode yang sama.

Baca juga: Startup Ini Bakal Izinkan Karyawannya Kerja di Luar Negeri hingga 2 Bulan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com