Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Denon Prawiraatmadja
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan

Total Football untuk Industri Penerbangan Indonesia

Kompas.com - 01/06/2021, 11:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Sudah tidak bisa disembunyikan lagi, kondisi maskapai penerbangan nasional sudah sangat parah bahkan mendekati titik nadir. Hampir semua maskapai terancam pailit, terutama maskapai besar.

Hanya ada beberapa yang terlihat survive yaitu maskapai kargo. Namun dari 14 maskapai berjadwal yang terdaftar di Kementerian Perhubungan, hanya ada 2 maskapai khusus kargo.

Lainnya maskapai penumpang yang juga mengangkut kargo atau maskapai yang mempunyai dua izin, penumpang dan kargo.

Baca juga: Nasib Maskapai Penerbangan Indonesia di Tengah Pandemi

Pandemi Covid -19 seperti membuka kotak pandora berbagai permasalahan yang membuat maskapai menderita.

Tidak hanya jumlah penumpang yang menurun tajam hingga tinggal separuhnya, tetapi juga masalah persaingan usaha yang cukup tajam, negosiasi kontrak pengadaan pesawat (sewa, sewa beli dan lain-lain), pasokan avtur.

Masalah lainnya adalah pajak termasuk juga bea masuk pesawat dan sparepart, biaya-biaya yang tetap harus dikeluarkan meskipun pesawat tidak terbang dan masih banyak lagi.

Tidak ada jalan lain, penerbangan Indonesia, terutama maskapai penerbangan harus diselamatkan. Karena penerbangan yang masuk subsektor transportasi sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sudah menyatakan hal tersebut.

Semua stakeholder terkait, terutama dari pemerintah (regulator), operator (maskapai, bandara, airnav), bisnis terkait (Pertamina dan lainnya) serta masyarakat harus bersatu padu ikut menyelamatkannya.

Bahkan diharapkan ada stakeholder yang berkorban terlebih dahulu untuk menolong maskapai. Karena maskapai adalah sentral dari penerbangan.

Jika maskapai berhenti beroperasi, bisnis stakeholder lain juga akan berhenti. Namun jika maskapai terbang, bisnis maskapai lain akan otomatis berjalan. Bahkan bisnis turunan seperti pariwisata pun akan ikut bergerak kencang.

Baca juga: Trafik Penerbangan Turun, Garuda Tawarkan Karyawannya Pensiun Dini

Istilahnya, harus dilakukan total football untuk menyelamatkan maskapai penerbangan. Total football sendiri dapat diartikan bahwa semua pemain di tim sepak bola, harus bisa bermain di semua posisi, menekan pertahanan lawan dari semua sisi sehingga bisa memenangkan pertandingan.

Demikian kesimpulan dari diskusi yang dilakukan secara daring oleh Avia Lover, sebuah perkumpulan dari para pecinta penerbangan nasional Indonesia.

Secara kebetulan, mayoritas anggota Avia Lover adalah para senior di penerbangan nasional. Sebut saja Cucuk Suryo Suprojo, Herry Bhakti, Iksan Tatang yang semuanya mantan Dirjen Perhubungan Udara. Ada juga Prof K Martono, Capt. Shadrach Nababan, Capt Dharmadi, Indra Setiawan, Dedi Darmawan dan yang lainnya.

Mereka mengundang beberapa pembicara dan peserta dari maskapai, pemerintah, akademisi, asosiasi dan lainnya.

Sebagai pembicara inti adalah Edward Sirait (CEO Lion Air Group), Peter F Gontha (Komisaris Garuda) dan saya sendiri mewakili Inaca (Asosiasi maskapai nasional).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com