KOMPAS.com - Paska-merger antara Gojek dengan Tokopedia menjadi GoTo, langkah selanjutnya adalah melantai di Bursa Efek Indonesia atau dikenal dengan istilah go public. Bagaimana dampaknya bagi reksa dana ?
Menurut pemberitaan Bloomberg, valuasi GoTo setelah merger berdasarkan pendanaan yang sudah masuk adalah 18 miliar dollar AS, dengan kurs Rp 14.250 dollar AS setara Rp 256,5 triliun. Untuk nilai IPO, ditargetkan antara 35 miliar–40 miliar dollar AS atau setara Rp 498,75 triliun–Rp 570 triliun.
Untuk memahami pengaruh dari go public GoTo terhadap reksa dana, kita perlu memahami dulu yang namanya Kapitalisasi Pasar (Market Caps) dan Bobot saham dalam IHSG.
Baca juga: SoftBank dan Alibaba Jadi Pemilik Saham Terbesar di GoTo
Kapitalisasi pasar adalah perkalian antara jumlah lembar saham suatu perusahaan dengan harga sahamnya.
Kapitalisasi pasar ini selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk menentukan bobot suatu saham dari seluruh saham atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sebagai contoh, pada akhir April Bank BCA memiliki 24.408.459.900 lembar saham beredar. Dengan harga Rp 32.025 per saham, maka kapitalisasi pasar dari BBCA adalah Rp 781,6 triliun.
Total dari kapitalisasi pasar IHSG pada periode yang sama adalah Rp 7.096 triliun, sehingga bobot BBCA dalam IHSG adalah 11,02 persen
Angka persentase pada setiap saham menunjukkan bobot saham dalam IHSG. Sebagai contoh, Bank BCA dengan bobot 11,02 persen, itu berarti jika dalam 1 hari, semua saham harganya sama dan harga BBCA naik 5 persen, maka IHSG akan naik sebesar 5 persen x 11,02 persen = 0,551 persen.
Semakin besar bobot suatu saham, maka semakin besar pula pengaruh saham tersebut terhadap IHSG.
Baca juga: BEI Kantongi 25 Calon Emiten, Termasuk GoTo?
Berdasarkan data statistik Bursa Efek Indonesia per akhir april 2021, 10 perusahaan dengan kapitalisasi terbesar dan bobotnya dalam IHSG, sebagai berikut:
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.