Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN SOSBUD KOMPASIANA] Rendah Hati Adakah Batasannya? | Kejengkelan atas Pembajakan Buku | Budaya Khatam Al Quran

Kompas.com - 02/06/2021, 15:33 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Pada beberapa momen dan konteks tertentu, sikap rendah hati acapkali disalahartikan oleh orang lain.

Padahal dengan kerendahan hati inilah seseorang bisa mengakui bahwa orang lain bisa lebih baik darinya dan mau untuk belajar supaya bisa mencari masukan lain.

Sederhananya, kerendahan hati ini merupakan sebuah integrasi dari kesadaran diri untuk belajar dan menghargai kemampuan orang lain.

Memang tampak mudah, tapi tidak sedikit justru ego kita lebih besar daripada menerima ada yang lebih di atas kita.

1. Rendah Hati, Adakah Batasannya?

Kompasianer Mahir Martin sering melihat di lingkungan sosial ini sikap rendah hati terkadang disalahpahami dengan rendah diri.

Keduanya memang sama-sama merendah, tetapi sebenarnya berbeda arti. Kompasianer Mahir Martin menganalogikan itu seperti padi yang merunduk.

"Merunduk bukan berarti malu diri, tetapi merunduk menunjukkan kualitas diri," tulisnya.

Namun, adakah batasan atas sikap rendah hati kita kepada orang lain? Jika rendah hati dimaknai dengan benar, semestinya tidak ada yang membatasi.

"Misalnya, ada argumen yang mengatakan bahwa batasan rendah hati adalah rendah diri. Maksudnya, kita boleh bersikap rendah hati, tetapi tidak boleh sampai merendahkan diri," tulis Kompasianer Mahir Martin. (Baca selengkapnya)

2. Mencoba Memahami Kejengkelan Penulis pada Pembajakan Buku

Kompasianer Langit Muda melihat pembajakan buku ini hanyalah semacam gunung es permasalahan perbukuan.

Maka, Kompasianer Langit Muda menyarankan untuk minimkan pajak buku, dan hal-hal lainnya yang membebani dunia perbukuan. Sehingga orang tidak tergila-gila membeli buku saat ada bazar buku saja.

Apalagi kasus pembajakan buku ini kerap kali dijumpai lewat marketplace online, semestinya kita bisa makin waspada dengan mencermati harga, penjelasan, dan review di suatu lapak.

"Mending beli buku bekas tapi ori. Saya sendiri sudah berkali-kali membeli buku bekas tapi ori. Toh buat dibaca sendiri," tulis Kompasianer Langit Muda. (Baca selengkapnya)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com