Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utang Bisa Bertambah Rp 1 Triliun Tiap Bulan, Ini Sederet Ikhtiar Penyelamatan Garuda

Kompas.com - 03/06/2021, 08:46 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Kegiatan ekonomi dari turis domestik itu bahkan menghasilkan nilai Rp 1.400 triliun. Sementara porsi dari turis asing hanya 22 persen dengan nilai ekonominya sebesar Rp 300 triliun.

Baca juga: Erick Thohir: Garuda Indonesia Akan Fokus ke Penerbangan Domestik

Pangsa pasar domestik sendiri, lanjutnya, punya potensi yang besar mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan. Lantaran salah satu akses untuk bisa melakukan perjalanan antar pulau adalah dengan penerbangan.

Kondisi itu tentu berbeda dengan negara seperti Singapura, Qatar, dan Uni Emirat Arab yang bukan kepulauan sehingga sulit mendorong penerbangan domestiknya. Maka, potensi ini yang perlu dimanfaatkan Garuda Indonesia.

"Harapannya ada, karena kita negara kepulauan, dan domestik market kita kuat. Kita beda dengan mereka (negara-negara bukan kepulauan), mau terbang kemana mereka, tapi kalau kita punya potensi, cuma harus perbaiki bisnis model pasca pandemi," jelas Erick.

Pangkas jumlah komisaris Garuda Indonesia

Selain melakukan negosiasi dengan pihak lessor dan mengubah model bisnis, penyelamatan Garuda Indonesia juga bakal dilakukan Erick dengan memangkas jumlah komisaris. Hal ini menindaklanjuti usul Anggota Dewan Komisaris Garuda Indonesia Peter Gontha.

Dalam surat kepada Direktur Keuangan Garuda Indonesia Prasetio bertanggal 2 Juni 2021, Peter minta memberhentikan pembayaran gaji dewan komisaris sampai rapat pemegang saham mendatang untuk meringankan beban perusahaan.

"Saya rasa yang diusulkan Pak Peter sangat bagus, bahkan saya ingin usulkan, kalau bisa komisaris Garuda Indonesia 2 atau 3 saja," ujarnya.

Menurutnya, ketika perusahaan berusaha untuk melakukan efisiensi dengan menawarkan pensiun dini kepada karyawan, maka langkah efisiensi perlu juga dilakukan di jajaran atas, seperti komisaris. Adapun saat ini anggota dewan komisaris Garuda Indonesia berjumlah lima orang.

Erick mengatakan, butuh waktu setidaknya dua minggu untuk memproses pengurangan jumlah komisaris Garuda Indonesia. Selain itu, harus melalui tahap Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengingat maskapai pelat merah ini juga merupakan perusahaan terbuka.

"Jangan yang tadi misalnya ada pensiun dini tapi komisarisnya enggak dikurangin. Nah nanti kita akan kurangi, kecilin jumlahnya, itu bagian dari efisiensi, jadi benar-benar mencerminkan (upaya dari) komisaris dan direksi Garuda," jelas dia.

Pertemuan Garuda Indonesia dengan DPR

Di sisi lain, pertemuan dilakukan oleh Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel dengan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Prasetio. Pertemuan dimaksudkan untuk berdiskusi dan mengetahui sejauh mana langkah yang sudah ditempuh manajemen perusahaan untuk menangani krisis keuangan.

Gobel bilang, dari pertemuan tersebut dirinya mendapatkan banyak informasi mengenai kesulitan yang dialami Garuda Indonesia saat ini. Ia berharap likuidasi menjadi opsi terakhir dalam penanganan permasalahan perusahaan maskapai tersebut.

Baca juga: Rachmat Gobel Harap Likuidasi Jadi Opsi Terakhir Selamatkan Garuda Indonesia

Dia juga memastikan akan mendukung langkah manajemen dalam upaya menyehatkan kembali Garuda Indonesia. "Tentu kami harapkan likuidasi jadi solusi terakhir dan kami tidak mengharapkan hal itu. Saya percaya manajemen bisa mencari solusinya," ujar Gobel.

Sementara itu, Prasetio mengatakan, pihaknya saat ini tengah menyiapkan beberapa skema restrukturisasi untuk menangani persoalan perseroan. Skema itu disiapkan melalui koordinasi dengan kementerian-kementerian terkait, termasuk pula dengan para pemegang saham dwi warna.

"Opsi-opsi penyelamatan, saya rasa, kami mempersiapkan konsolidasi, restrukturisasi, efisiensi, dan transformasi Garuda ke depan," ungkapnya.

Prasetio mengaku, pihaknya terus melakukan kajian terhadap keempat opsi penyelamatan Garuda Indonesia yang disampaikan oleh Kementerian BUMN. Menurutnya, ada kemungkinan empat opsi tersebut digabung atau dipilih salah satunya.

Oleh sebab itu, dia meminta publik untuk bersabar terkait keputusan yang akan diambil manajemen Garuda Indonesia ke depannya.

"Bisa saja, saat ini sedang dikaji secara mendalam, secara hati-hati dan secara seksama bersama Kementerian BUMN. Opsi mana yang akan dipilih, saya rasa pasti nanti akan memberikan yang terbaik buat Garuda, itu yang penting," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com