Menurut dia, saat ini bukan hanya Garuda Indonesia saja yang tengah kesulitan di tengah pandemi Covid-19 ini. Semua industri penerbangan di seluruh dunia pun terkena dampaknya.
"Saya rasa ini eranya sudah sangat terbuka, industri penerbangan di seluruh dunia terdampak dan sangat parah. Tidak mungkin dengan penurunan jumlah travel di seluruh dunia, kita lihat airport di Indonesia sekarang kapasitasnya paling 15 persen, kemarin sempat naik 32 persen, belum 100 persen. Industri penerbangan mau yang punya pemerintah atau yang punya swasta sangat terdampak," kata dia.
Kendati begitu, mantan Bos Inter Milan ini tak mau berdiam diri pasrah dengan keadaan yang terjadi. Dia mau manajemen Garuda Indonesia melakukan terobosan dan perbaikan agar bisa bangkit dalam kondisi sulit ini.
Salah satu terobosan yang dilakukan adalah melakukan negoisasi ulang dengan para lessor. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi beban maskapai kebanggan Indonesia itu.
"Ingat ada dua kategori lessor. Lessor yang sudah terbukti bekerja sama dengan direksi Garuda melakukan tindak pidana korupsi, sudah ada catatan hukumnya. Tetapi ada juga lessor yang baik, ketika kita melakukan kerja sama tanpa kickback. Tapi itu pun dengan kondisi hari ini itu kemahalan, nah kita harus negoisasi ulang. Nah ini yang sedang kita jajaki opsi satu, dua, tiga empat," ungkapnya.
Kembalikan 12 Pesawat CRJ1000 ke Leasing
Manajemen Garuda Indonesia sendiri beberapa waktu lalu memutuskan mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ 1.000 kepada pihak leasing, yakni Nordict Aviation Capital (NAC).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, keputusan ini diambil setelah melihat adanya dugaan tindak pidana dalam pengadaan pesawat jenis tersebut pada 2011 lalu. Diduga pihak pabrikan memberikan suap kepada pimpinan Garuda Indonesia di masa itu dalam rangka pengadaan pesawat.
“Kami memutuskan mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ 1.000 untuk mengakhiri kontrak kepada Nordict Aviation Capital (NAC) yang memang jatuh temponya 2027,” ujar Erick dalam konferensi pers virtual, Rabu (10/2/2021).
Baca juga: Garuda Indonesia Kembalikan 12 Pesawat CRJ1000 ke Leasing
Selain itu, lanjut Erick, manajemen Garuda Indonesia juga tengah melakukan negoisasi terkait early payment sattlement contract financial enam pesawat jenis Bombardier CRJ 1000 dari Export Development Canada (EDC) yang jatuh tempo pada 2024 mendatang.
“Proses negoisasi ini tentu sudah terjadi berulang-ulang kali antara Garuda dan NAC dan tentu ini niat baik kami. Tapi sayangnya early termination ini belum mendapatkan respon dari mereka. Sementara proses negoisasi dengan EDC masih terus berlangsung,” kata mantan bos Inter Milan ini.
Pendiri Mahaka Media ini mengaku mempunyai alasan yang kuat dalam mengambil keputusan ini. Dia ingin menjadikan Garuda Indonesia menjadi perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan yang baik, transparan, akuntabilitas, dan profesional.
“Melihat keputusan KPK dan juga penyelidikan SFO dari Inggris terhadap indikasi pidana suap dari pihak pabrikan kepada oknum pimpinan Garuda saat proses pengadaan pesawat tahun 2011. Jadi tiga, empat point ini menjadi landasan,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebutkan penghentian tersebut menjadi salah satu upaya untuk mengurangi kerugian Garuda di masa mendatang.
“Kami menyadari bahwa penghentian secara sepihak akan menciptakan konsekuensi terpisah namun secara profesional kami siap menghadapi konsekuensi tersebut,” ujar dia.
Irfan pun menambahkan, selama tujuh tahun mengoperasikan pesawat CRJ 1.000, secara rata-rata setiap tahun justru menimbulkan kerugian dengan lebih dari 30 juta dollar AS per tahun. Sementara biaya penyewaan pesawat tersebut mencapai 27 juta dollar AS.
“Jadi kami sudah setiap tahun mengeluarkan biaya sewa pesawat 27 juta dollar AS untuk 12 pesawat CRJ 1.000 tapi kita malah mengalami kerugian lebih dari 30 juta dollar AS,” ungkap Irfan.
Sehingga, apabila Garuda melakukan terminasi pada 1 Febuari 2021 lalu sampai akhir masa kontraknya, maka proyeksinya Garuda akan hemat lebih dari 200 juta dollar AS.