Bisa jadi karena telah memperoleh gambaran utuh tentang dunia wirausaha justru menyurutkan semangat yang terbangun.
Beragam studi tidak dapat meyakinkan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat berdampak positif terhadap intensi berwirausaha siswa.
Nelson dan Monsen (2014) menyimpulkan pengajaran kewirausahaan di kelas tidaklah cukup. Diperlukan kemitraan yang erat dengan berbagai bidang seperti sains, teknik, bisnis, hukum dan grup lain di dalam ekosistem kewirausahaan.
Baca juga: 19.500 Alumni Kartu Prakerja Jadi Wirausaha dan Bakal Dapat KUR
Namun demikian Jansen dan kawan-kawan (2015) mengemukakan model yang dapat digunakan kalangan pendidik untuk mendorong intensi berwirausaha para mahasiswa, dan tentunya juga siswa di tingkat pendidikan menengah.
Model yang disebut Student Entrepreneurship Encouragement Model (SEEM) tersebut terdiri atas tiga tahap.
Tahap pertama disebut edukasi. Pada tahap ini sasaran yang ingin diperoleh adalah menciptakan kesadaran mengenai kewirausahaan sebagai pilihan karier yang selanjutnya akan mengubah sikap siswa secara positif terhadap kewirausahaan.
Sekolah harus memastikan tenaga pendidik dan fasilitas yang tersedia mendukung kewirausahaan, mengekspos role model dengan kisah suksesnya dan siswa merespons positif.
Pada tahap ini juga sekolah dan universitas wajib memberikan pelajaran pengantar kewirausahaan yang membuka perspektif baru tentang dunia wirausaha.
Kegiatan sekolah yang menyelenggarakan "Entrepreneur's Day" berada pada tahap ini.
Tahap kedua yaitu stimulasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah mendukung siswa untuk mentransformasi ide bisnis menjadi model bisnis (business model) dan rencana bisnis (business plan). Tahap ini lebih sesuai diselenggarakan di tingkat universitas, bukan sekolah menengah atas.
Untuk mencapai sasaran itu universitas menyelenggarakan aktivitas pendukung seperti pembentukan tim pendiri usaha rintisan (start-up), mekanisme untuk validasi ide bisnis, aktivitas pitching peluang, penciptaan rencana bisnis dan pengembangan purwarupa (prototype).
Tahap ketiga yaitu inkubasi. Tahap ini begitu vital karena menentukan bisnis yang digagas dapat bertahan dan berkembang atau terhenti sebatas lomba kewirausahaan.
Universitas harus dapat memfasilitasi bisnis mahasiswa agar mereka dapat bertemu dan bekerja dengan wirausaha sesungguhnya, menyediakan ruang kerja memadai untuk beroperasinya sebuah usaha rintisan, memberikan mentoring, menyediakan jejaring yang membuka peluang baru, mengorganisasi kompetisi rencana bisnis, mendirikan program akselerasi dan menyediakan bantuan pendanaan.
Kegiatan kompetisi business plan baru sebagian kecil dari tahap inkubasi bisnis mahasiswa.
Singkat kata, universitas harus menyediakan ekosistem yang memadai agar bisnis mahasiswa yang terbilang masih bayi dapat bertahan, tumbuh dan berkembang.