Di sisi lain, Erick meyakini sejumlah lessor juga telah bekerja sama dengan jujur.
Kendati demikian, harga penyewaan pesawat yang dipatok oleh lessor yang sekalipun tidak terlibat korupsi, menurut Erick terasa tetap mahal di kondisi saat ini.
Sehingga, negosiasi pada tipe lessor ini juga sangat diperlukan.
"Kami juga mesti jujur, ada lessor yang tidak ikutan dengan kasus itu, tetapi pada hari ini kemahalan karena ya kondisi. Itu yang kami juga harus negosiasi ulang. Nah beban terberat saya rasa itu," jelas Erick.
Baca juga: Wamen BUMN Buka-bukaan soal Kondisi Garuda Indonesia yang Terus Merugi
Senada, Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan, salah satu masalah utama di Garuda Indonesia adalah terlalu tingginya beban biaya penyewaan pesawat dari lessor yang melebihi kewajaran.
"Memang masalah utama Garuda sejak masa lalu, karena leasing-leasingnya memang melebihi cost yang wajar," imbuh dia.
Selain harga sewa yang kemahalan, persoalan Garuda Indonesia juga ada pada penggunaan jenis pesawat yang terlalu banyak.
Kartika menyebutkan, penggunaannya mulai dari Boeing 737-777, A320, A330, ATR, hingga Bombardier sehingga sulit untuk melakukan efisiensi.
"Memang jenis pesawat juga terlalu banyak, sehingga efisiensi menjadi bermasalah," kata pria yang akrab disapa Tiko itu.
Baca juga: Menurut Erick Thohir, Ini Penyebab Keuangan Garuda Indonesia Terpuruk
Menurut Erick, beban berat yang juga dihadapi Garuda Indonesia adalah bisnis model yang kurang tepat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.