Ia menilai, seharusnya maskapai pelat merah itu mengubah bisnis modelnya dengan fokus pada pasar penerbangan domestik.
Hal ini didasari pada data kepariwisataan nasional.
sebanyak 78 persen merupakan perjalanan yang dilakukan turis domestik, sedangkan 22 persen lainnya adalah turis asing.
Dia mengatakan, tingginya penerbangan domestik tersebut tak lepas dari kondisi geografis Indonesia yang adalah negara kepulauan.
Baca juga: Hadapi Situasi Sulit, Dirut Garuda Indonesia: Kami Fokus Pemulihan Kinerja
Sehingga salah satu akses untuk melakukan perjalanan antarpulau yaitu dengan penerbangan.
Potensi ini yang seharusnya dimanfaatkan Garuda Indonesia.
Erick mengatakan, pihaknya telah bicara dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk memberikan dukungan jika nantinya tidak semua bandara terbuka bagi maskapai asing.
Terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini, yang tak memungkinkan penerbangan dari luar negeri bisa bebas masuk ke semua bandara.
Menurut dia, kondisi ini jadi kesempatan Garuda Indonesia untuk memperbaiki kinerja.
Baca juga: Akankah Nasib Garuda Indonesia Sama seperti Merpati Airlines?
"Jadi beberapa titik bandara di buka (bagi pesawat asing), tapi untuk ke rute domestik lainnya hanya boleh Garuda atau penerbangan swasta domestik lainnya," jelas Erick.
Sementara itu, Tiko menambahkan, sejumlah rute penerbangan Garuda Indonesia memang tak menguntungkan, terutama untuk rute penerbangan internasional.
"Rute-rutenya banyak diterbangi yang tidak profitable. Penerbangan ke dalam negeri sebelum Covid-19, itu pada tahun 2019 untung tapi yang luar negeri malah rugi," ungkap dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.