JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah meminta para obligor dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) untuk bekerja kooperatif dan proaktif mengingat kasus ini berlangsung lebih 20 tahun.
Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan, saat ini kasus berbentuk perdata. Namun, jika terjadi pembangkangan, pemerintah tak segan-segan menjadikannya kasus pidana.
"Kalau akan terjadi pembangkangan, meskipun ini perdata, supaya diingat bahwa kalau sengaja melanggar gugatan perdata ini bisa saja berbelok ke pidana," kata Mahfud dalam konferensi virtual pembentukan Satgas BLBI, Jumat (4/6/2021).
Baca juga: Pemerintah ke Obligor BLBI: Tidak Ada yang Bisa Bersembunyi
Beberapa pembangkangan yang dimaksud Mahfud adalah ingkar dalam pembayaran utang maupun memberikan bukti palsu.
Sanksi pidana bisa saja diberikan mengingat perilaku para obligor sudah merugikan negara, memperkaya diri-sendiri dan orang lain, serta melanggar hukum.
"Karena tidak mengakui terhadap apa secara hukum sudah disahkan sebagai hutang. Semua (hakim) menyatakan ada kerugian negara (dalam kasus BLBI)," sebut Mahfud.
Menurut Mahfud, kasus ini dapat menjadi kasus korupsi.
Karena ada beberapa obligor di luar negeri,Satgas BLBI bakal melibatkan lembaga anti korupsi internasional, The United Nations Convention against Corruption (UNCAC).
Baca juga: Buru Obligor BLBI, Kemenkeu: Kita Akan Kejar Asetnya di Mana Pun Berada
"Dan dari informasi sementara dari data yang dipunya memang ada beberapa aset obligor yang sekarang ada di luar negeri. Mohon kerja samanya," pungkas Mahfud.
Sebelumnya, dalam beberapa kesempatan, Sri Mulyani sempat mengaku bakal menagih dana BLBI ke 22 obligor.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.