Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN LYFE KOMPASIANA] Menghindar dari Mantan Pacar | "Move On" dari Masa Lalu | Apakah Karyawan Toksik Bisa Berubah?

Kompas.com - 04/06/2021, 17:17 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Ada yang mudah diucapkan, tapi sulit dilakukan: move on dari mantan pacar.

Memang idealnya itu ketika kita sudah tidak lagi terikat hubungan dengan seseorang mesti bisa move on agar bisa pulih dari rasa sakit masa lalu.

Bahkan dalam proses melupakan mantan itu berjalan lama karena pada beberapa kondisi membuat seseorang selalu mengingat kenangan dari kejadian masa lalu lewat sisi positif.

Oleh karena itu, seberapa kuat kita menghidar dari mantan pacar justru kenangan manis bersamanya kerap hadir pada momen-momen yang tidak diduga.

1. Delete, Unfollow, Block, Apakah Harus Dilakukan terhadap Mantan Pacar?

Ketika berada di era digital seperti sekarang ini, menurut Kompasianer Desy Indah Hani semuanya tampak begitu berubah.

Hal itu juga termasuk bagaimana cara kita menjalani dan menghentikan sebuah hubungan dengan pacar. Maka, ada 3 kata kunci yang begitu populer ketika kita sudah berpisah putus: delete, unfollow hingga block media sosialnya.

Pasalnya dengan menghindar dari media sosial bisa membuat hati seseorang menjadi lebih tentram dan tenang.

Namun, benarkah itu bisa berdampak cukup signifikan dalam upaya kita melupakan mantan pacar?

"Di media sosial, kita terkadang lebih cenderung untuk kepo, dengan semakin "ingin tahu", hal inilah yang mampu menggoyahkan hati untuk sulit mundur dari seseorang," tulis Kompasianer Desy Indah. (Baca selengkapnya)

2. Cara Move On dari Luka Masa Lalu yang Anda Tidak Tahu

Untuk menjalani kehidupan yang kita cintai, menurut Kompasianer Iswadi Suhari, penting untuk mempelajari apa yang harus dilakukan dengan rasa sakit, kesedihan, atau kedukaan yang mendalam tentang hal-hal.

Apalagi itu telah terjadi di masa lalu dan terkadang itu dapat tumbuh menjadi kebencian.

Ada beberapa langkah yang harus diambil jika memang ingin terbebas dari semua pengalaman yang tidak mengenakan itu.

"Hidup sambil membawa beban seperti itu tidak akan membawa kebahagiaan karena kebebasan dan ikatan tidak berjalan pada frekuensi yang sama," tulis Kompasianer Iswadi Suhari. (Baca selengkapnya)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com