Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lemahnya Permintaan Jadi Penyebab Kredit Menganggur Masih Tinggi

Kompas.com - 04/06/2021, 19:15 WIB
Rully R. Ramli,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fasilitas kredit yang belum digunakan debitur atau kredit menganggur perbankan tercatat masih tinggi, meskipun berbagai kebijakan moneter ataupun fiskal telah digelontorkan.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan, sampai dengan Maret 2021 kredit menganggur atau undisbursed loan perbankan mencapai Rp 1.669,7 triliun.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai, tingginya kredit menganggur di perbankan adalah suatu hal yang wajar, di tengah kondisi perekenomian yang belum pulih sepenuhnya.

Baca juga: Kredit Menganggur Capai Rp 237 Triliun, Ini Kata BCA

“Justru menurut saya (kredit) ini enggak boleh dipaksakan. Di tengah pandemi ini usaha mana yang dapat untung banyak,” ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (4/6/2021).

Menurutnya, di tengah kondisi perekoenomian yang belum sepenuhnya pulih, perbankan cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit, guna mengantisipasi kenaikan rasio kredit macet atau non performing loan (NPL).

“Bank pasti akan hati-hati. Bank Tidak mau menempatkan uangnya sembarangan,” katanya.

Sementara itu, pada sisi permintaan atau demand, belum semua sektor industri berkeinginan atau berkemampuan untuk melakukan permintaan pembiayaan ke perbankan.

Pasalnya, sejumlah sektor industri masih terdampak signifikan oleh pandemi yang telah merebak selama lebih dari satu tahun.

“Perusahaan lemah posisi keuangannya dan mereka tidak mau minjem kredit. Buat apa kredit? Karena pengusaha pendapatannya turun,” tuturnya.

Baca juga: Bisnis Kartu Kredit BCA Mulai Tumbuh Positif di Mei 2021

Executive Vice President Divisi Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA, Hera F Haryn mengatakan, sembari mencermati perkembangan perekonomiank, bank swasta terbesar di Indonesia itu masih akan menyalurkan kredit secara hati-hati.

“Kami mencermati permintaan kredit di sektor perbankan masih dalam proses pemulihan,” katanya.

Sementara pada sisi permintaan, Hera menilai, para pelaku usaha masih mencermati upaya vaksinasi Covid-19 yang dilakukan pemerintah.

Senada dengan Hera, Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, belum pulihnya ekonomi nasional mengakibatkan konsumsi masyarakat masih tertekan, sehingga kemudian berdampak kepada permintaan kredit.

“BRI optimistis bahwa ke depan kondisi ekonomi akan terus membaik. Hal ini dikarenakan faktor berangsurnya normalisasi kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat serta program vaksin yang tengah gencar dilakukan oleh pemerintah,” ucapnya.

Baca juga: OJK: Penyaluran Kredit hingga April 2021 Masih Terkontraksi 2,28 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com