Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Garuda Indonesia, Bermula dari Sumbangan Emas Rakyat Aceh

Kompas.com - 06/06/2021, 09:12 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Maskapai flag carrier PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) belakangan mencuat. Keuangan BUMN penerbangan ini tengah dalam kondisi berdarah-darah karena lilitan utang menggunung dan terus merugi. 

Menilik sejarah Garuda Indonesia ke belakang, perusahaan ini tak bisa dilepaskan dari awal lahirnya republik ini. Pasang surut dialami Garuda sejak berdiri di era Presiden Soekarno.

Seperti diberitakan Harian Kompas, 23 Oktober 2009, sejarah Garuda Indonesia bermula dari usaha Soekarno agar republik yang masih berusia seumur jagung ini bisa memiliki armada pesawat udara.

Pada 16 Juni 1948, Presiden Soekarno berpidato di Kutaraja (sekarang Banda Aceh), meminta rakyat menyumbang untuk republik yang masih rentan karena kekosongan kas negara. 

Baca juga: Disebut Jadi Biang Kerok Krisis Garuda Indonesia, Apa Itu Lessor?

Dengan bantuan dan pengaruh dari Tengku Muhammad Daud Beureueh, dalam waktu tidak begitu lama terkumpul emas sebanyak 20 kilogram.

Semangat rakyat Aceh menyumbang dana ke republik tersebut tak lepas dari euforia berakhirnya penjajahan Belanda. Sumbangan banyak berasal dari para saudagar kaya Aceh. Rakyat kecil pun banyak berkontribusi menyumbang emas yang disimpannya secara sukarela. 

Aceh sendiri merupakan salah satu daerah pertama bekas Hindia Belanda yang langsung menyatakan mendukung dan bergabung dengan Indonesia. Daud Beureueh juga berharap, dengan bergabung dengan republik, Aceh nantinya bisa menjadi provinsi dengan otonomi khusus. 

Dengan uang sumbangan dari rakyat Aceh, pemerintah Soekarno lewat Wieweko, seorang perwira AURI, membeli dari Singapura sebuah pesawat C-47 Dakota yang kemudian dioperasikan Angkatan Udara sebagai alat transportasi bagi pejabat negara.

Sebagai tanda terima kasih kepada rakyat Aceh, pesawat itu diberi nama Seulawah (Gunung Emas), sebuah nama gunung di Aceh.

Baca juga: Menyelisik Biang Utama Garuda Berpotensi Bangkrut

Tugas pertamanya membawa Hatta dalam kunjungan kerja ke Sumatera (Yogyakarta- Jambi-Payakumbuh-Kutaraja-Payakumbuh-Yogya).

Awal Desember 1948, pesawat harus mendapat servis dan penambahan kapasitas tangki bahan bakar sehingga diterbangkan ke Calcutta. Perawatan ini diperkirakan akan memakan waktu tiga pekan.

Namun, tanggal 19 Desember 1948, ibu kota Republik Indonesia, Yogyakarta, diserang dan dikuasai tentara Belanda yang melakukan agresi militer kedua.Pesawat itu tidak mungkin kembali ke Tanah Air.

Hubungan antara awak pesawat dan pemerintah pusat di Yogyakarta terputus. Untuk membiayai hidup para personel dan perawatan pesawat, dibentuklah perusahaan penerbangan Indonesia Airways yang diawaki personel AURI.

Baca juga: Peter Gontha Sebut CT Rugi Rp 11,2 Triliun di Garuda Indonesia

Dengan seizin Duta Besar Indonesia untuk India Dr Sudarsono, pesawat itu dengan awaknya disewakan kepada Pemerintah Myanmar. Tanggal 26 Januari 1949 pesawat itu berangkat dari Calcutta ke Rangon, Myanmar.

Hasil penyewaan pesawat itu digunakan untuk membeli sebuah pesawat dan menyewa satu pesawat lainnya dari Hongkong. Selama 19 bulan Indonesian Airways bertugas di luar negeri sebelum akhirnya dilikuidasi pada Agustus 1950.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com