JAKARTA, KOMPAS.com - Industri asuransi jiwa mencatatkan pendapatan Rp 62,66 triliun pada kuartal I-2021. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu yang rugi Rp 460 miliar.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu menilai, untuk menjaga konsistensi dan momentum positif, semua pihak perlu terus melakukan literasi dan meningkatkan tata kelola untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan menumbuhkan kesadaran masyarakat atas kebutuhan akan asuransi jiwa.
"Mulai naiknya aktivitas dari masyarakat dan dunia bisnis terlihat dari meningkatnya pendapatan industri asuransi jiwa. Masifnya kenaikan premi dari bisnis baru dan positifnya hasil investasi di kuartal satu tahun ini membuat lonjakan pendapatan yang cukup tajam," ujarnya dalam paparan kinerja asuransi kuartal I-2021 secara virtual, Jakarta, Selasa (8/6/2021).
Selanjutnya, total pendapatan premi asuransi mengalami pertumbuhan sebesar 28,5 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau sebesar Rp 57,45 triliun dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Baca juga: Pembangunan LRT Jabodebek Tahap I capai 84,6 Persen
Pada kuartal I-2021, total pendapatan premi dari bisnis baru tercatat Rp 11 triliun, tumbuh 42,3 persen secara tahunan. Sedangkan persentase premi lanjutan atau yang dilanjutkan oleh nasabah mengalami kenaikan sebesar 9,3 persen.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menyatakan bahwa bancassurance berperan besar dalam meningkatkan total pendapatan premi tersebut.
"Menariknya, pertumbuhan total premi ini lebih banyak didorong oleh peningkatan premi yang masif dari saluran distribusi bancassurance. Pertumbuhan dari moda saluran yang memanfaatkan kerja sama antara perbankan dan asuransi ini memiliki pertumbuhan sekitar 55 persen dari periode sebelumnya. Hebatnya, bancassurance memiliki kontribusi lebih dari separuh dari total premi yang didapatkan di kuartal pertama tahun ini. Tepatnya sekitar 53 persen," lanjut dia.
Pertumbuhan juga terjadi pada saluran distribusi alternatif sebesar 35 persen atau berkontribusi sebesar 18,8 persen pada total pendapatan premi. Namun, perlambatan terjadi pada saluran distribusi keagenan dan telemarketing, masing-masing sebesar 5,8 persen dan 14,3 persen.
"Jumlah agen mengalami penurunan karena produktivitas mereka juga terdampak oleh pandemi. Keterbatasan dalam bertemu secara tatap muka dengan calon nasabah menjadi penyebab utama dari menurunnya produktivitas, walaupun sudah adanya relaksasi yang diberikan oleh OJK," tutur dia.
Baca juga: Dikunjungi 3 Kementerian, Produsen Edamame Ini Bahas Pengembangan Pasar Ekspor
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.