Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wamen BUMN: Sudah Banyak Pesawat Garuda Indonesia yang Di-grounded Lessor

Kompas.com - 09/06/2021, 09:18 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu belakangan muncul kabar di media sosial terkait perubahan kode panggilan (call sign) pada armada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Perubahan ini diungkapkan oleh Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagyo pada akun Instagram pribadinya @aguspambagio.

Call sign di pesawat maskapai pelat merah itu kini berubah dari PK atau Indonesia menjadi VQ atau Bermuda. Menurutnya, hal ini tak lepas dari persoalan pembayaran dengan perusahaan penyewa pesawat atau lessor.

“Apa artinya? Artinya pesawat yang disewa GA tersebut sudah dikembalikan atau diambil oleh lessor-nya karena GA menunggak leasing-nya,” tulis Agus dalam postingannya, dikutip Kompas.com, Rabu (9/6/2021).

Baca juga: Pemerintah Bakal Hapus Sanksi Pidana Pengemplang Pajak, Tepatkah?

Terkait perubahan itu, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan kondisi keuangan Garuda Indonesia beberapa waktu belakang memang kian memburuk. Sehingga pihak lessor menarik pesawat karena penundaan pembayaran kewajiban oleh Garuda Indonesia.

Ia menjelaskan, persoalan mendasar dari permasalahan keuangan maskapai milik negara ini adalah terlalu banyak menyewa pesawat dengan harga yang mahal. Kondisi itu sudah berlangsung sejak lama sehingga sangat membebani kinerja perusahaan.

Persoalan penyewaan pesawat tersebut, lanjutnya, semakin diperparah ketika pandemi Covid-19. Lantaran pandemi yang sudah berlangsung lebih dari setahun membuat jumlah penumpang pesawat anjlok, alhasil semakin membawa Garuda Indonesia ke kondisi krisis keuangan.

"Tentunya dengan kondisi Covid-19, pendapatan (Garuda Indonesia) menurun dan kondisi ini sudah berjalan setahun lebih. Oleh karena itu, memang selama ini yang dilakukan adalah penundaan pembayaran. Jadi sebenarnya, kalau kami mau jujur, dari dulu sudah banyak yang enggak dibayar kewajibannya," jelasnya dalam acara Business Talk Kompas TV, Selasa (8/6/2021).

Baca juga: Wamen BUMN: Penyakit Masa Lalu Garuda Indonesia, Sewa Banyak Pesawat dan Mahal

Pria yang akrab di sapa Tiko itu mengatakan, penundaan pembayaran kewajiban sudah berlangsung sepanjang masa pandemi ini, baik kepada BUMN lainnya seperti Angkasa Pura dan Pertamina, maupun ke swasta lessor. Adapun saat ini Garuda Indonesia bekerja sama dengan 36 lessor.

Menurutnya, beberapa waktu belakangan kondisi maskapai ini memang semakin memburuk, lantaran lessor yang ditunda pembayarannya akhirnya menarik pesawat. Sehingga tak aneh bila sempat beredar di media sosial tentang perubahan call sign di pesawat Garuda Indonesia dari PK menjadi VQ.

"Jadi kalau beredar perubahan call sign pada Garuda, itu memang karena saat ini sudah banyak pesawat yang di-grounded oleh lessor-lessor ini," ungkapnya.

Tiko menjelaskan, dengan banyak pesawat Garuda Indonesia yang di-grounded oleh para lessor, artinya semakin banyak armada yang tak bisa lagi dipakai. Sehingga saat ini maskapai pelat merah tersebut beroperasi dengan jumlah pesawat yang minimum.

"Jadi lessor ini punya hak buat grounded pesawat yang tidak di bayar kewajiban leasing-nya. Sehingga saat ini Garuda beroperasi minimum dengan 50 pesawat yang masih beroperasi," ungkap dia.

Baca juga: LRT Jabodebek Bakal Beroperasi 2022, Apa Kabar Progres Pembangunannya?

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengakui, bahwa belakangan ini perseroan mengembalikan dua armada B737-800 NG kepada salah satu lessor. Menurutnya, langkah strategis ini merupakan upaya intensif pemulihan kinerja keuangan perusahaan yang tengah terpuruk.

Ia bilang, percepatan pengembalian pesawat lebih awal dari jatuh tempo masa sewa, dilakukan setelah adanya kesepakatan bersama antara Garuda Indonesia dan pihak lessor. Salah satu syarat pengembalian pesawat adalah dengan melakukan perubahan kode registrasi pesawat terkait.

"Percepatan pengembalian armada yang belum jatuh tempo masa sewanya, merupakan bagian dari langkah strategis Garuda Indonesia dalam mengoptimalisasikan produktivitas armada dengan mempercepat jangka waktu sewa pesawat," ujar Irfan dalam keterangannya, Senin (7/6/2021).

Baca juga: Sejarah Garuda Indonesia, Bermula dari Sumbangan Emas Rakyat Aceh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com