Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana IPO GoTo Dorong Pasar Modal Kembali Bergairah

Kompas.com - 09/06/2021, 13:29 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai rencana entitas gabungan Gojek dan Tokopedia, GoTo, yang akan melakukan penawaran umum perdana saham atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI), membuat pasar modal Indonesia kembali bergairah.

"Saat ini kenaikan IHSG tidak seperti bursa di negara Asia lainnya. Banyak perusahaan digital yang listing di bursa Asia. Dengan rencana GoTo yang akan melakukan IPO, membuat pasar modal Indonesia kembali bergairah. Ini sentimen positif bagi investor lain yang hendak investasi di perusahaan digital Indonesia melalui skema IPO," ujar David dalam pernyataan di Jakarta, Rabu (9/6/2021).

Pembentukan holding Gojek dan Tokopedia yang menggabungkan layanan e-commerce, on-demand, layanan keuangan dan pembayaran dalam satu ekosistem menjadi GoTo, sudah resmi diumumkan.

Baca juga: Ini daftar Pemilik Saham PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (GoTo)

Platform GoTo yang menggabungkan tiga layanan dalam satu ekosistem itu, diklaim menjadi yang pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Bahkan platform GoTo diklaim sudah melayani 270 juta konsumen Indonesia dan mewakili 2 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

David merespon positif aksi korporasi yang dilakukan dua decacorn asli Indonesia tersebut.

Saat ini, lanjut David, minat investor terhadap perusahaan digital sangat tinggi, termasuk perusahaan digital asal Indonesia.

Namun disayangkan perusahaan digital yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih sangat minim. Dengan adanya sentimen IPO GoTo diharapkan akan ada peningkatan investasi di Indonesia.

Setelah pandemi COVID-19, ketergantungan akan ekonomi digital masih sangat tinggi. Hal itu membuat sentimen pertumbuhan dan akselerasi ekonomi digital Indonesia. Dengan sentimen tersebut, David yakin perusahaan digital yang ada di Indonesia masih memiliki potensi untuk tumbuh.

Masyarakat Indonesia yang dahulu tak terbiasa menggunakan platform digital, kini dengan terjadinya pandemi, mereka sudah semakin terbiasa. Dahulu tak banyak UMKM di daerah yang bisa memasarkan produknya di dunia internasional. Namun kini dengan platform digital mereka dapat melakukannya.

Baca juga: IPO GoTo Dinanti Publik

"Tentunya ini dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Perkembangan ekonomi digital di Indonesia baru saja dimulai. Saya berharap akan banyak perusahaan digital di Indonesia yang dapat go international seperti di China. Pemerintah diharapkan dapat memberikan insentif bagi tumbuhnya perusahaan digital di Indonesia, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang," kata David.

Langkah Telkom Group

Sementara, langkah Telkomsel yang ikut berinvestasi di perusahaan digital dinilai David merupakan terobosan yang baik bagi tumbuhnya ekonomi digital.

Selain ingin mendukung pertumbuhan ekonomi digital nasional, manajemen Telkom dan Telkomsel dinilai David saat ini sudah melihat potensi sinergi usaha dan bisnis yang saat ini mereka miliki. Sehingga investasi yang dilakukan Telkom dan Telkomsel di perusahaan digital seperti Gojek dan yang lainnya sudah pas.

"Sudah tepat jika saat ini Telkom dan Telkomsel investasi di perusahaan digital. Ini akan meningkatkan sinergi bisnis yang selama ini mereka miliki dengan perusahaan digital. Selain mencari cuan, Telkom dan Telkomsel juga mencari potensi sinergi bisnis yang bisa didapatkan. Menurut saya investasi Telkom dan Telkomsel di perusahaan digital akan saling melengkapi," kata David.

Baca juga: Jika GoTo Melantai di Bursa, Ini Dampaknya bagi Reksa Dana

Selain sudah berinvestasi di perusahaan digital, Telkomsel juga sudah berhasil menyediakan layanan 5G pertama di Indonesia. Dengan adanya layanan 5G itu, akan mempercepat transformasi digital di Telkomsel dan dapat mengakselerasi ekonomi digital di Indonesia.

Dengan adanya layanan 5G, David memperkirakan cuan yang kemungkinan didapatkan Telkomsel ketika investasi di perusahaan digital akan semakin signifikan. Apalagi saat ini risiko yang harus ditanggung Telkomsel ketika berinvestasi di sebuah perusahaan sangat kecil.

Justru David melihat potensi keuntungan besar dari investasi yang dilakukan Telkom dan Telkomsel di perusahaan digital. Namun ia mengatakan, untuk mendapatkan keuntungan investasi yang optimal, setidaknya dibutuhkan waktu minimal lima tahun. Namun untuk investasi yang dilakukan Telkomsel di Gojek menurut David bisa langsung direalisasikan ketika GoTo IPO di bursa.

"Saya optimis keuntungan yang didapat Telkomsel dari investasi mereka di perusahaan digital akan lebih besar dari investasi yang mereka lakukan di bisnis konektivitas. Saat ini pertumbuhan perusahaan digital lebih besar dari bisnis konektivitas. Bisnis konektivitas yang telah dimiliki Telkomsel sudah mature, sehingga saat ini potensi tumbuhnya juga sudah terbatas," ujarnya.

Ia pun menilai positif diversifikasi dan pengembangan usaha yang dilakukan oleh Telkom dan Telkomsel. Telkomsel pun bisa masuk ke ekosistem digital lainnya untuk dapat terus menjaga bisnis konektivitasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Cara Cek Angsuran KPR BCA secara 'Online' melalui myBCA

Cara Cek Angsuran KPR BCA secara "Online" melalui myBCA

Work Smart
10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

10 Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2024, Didominasi Asia

Whats New
Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 6.588,89 Triliun

Whats New
Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Whats New
BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com