Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Tangani Perubahan Iklim Tak Murah, Sri Mulyani: Indonesia Butuh Rp 3.461 Triliun

Kompas.com - 11/06/2021, 12:01 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani buka-bukaan mengenai besaran anggaran yang dibutuhkan Indonesia untuk menangani isu perubahan iklim.

Bendahara negara ini mengatakan, besaran anggaran dibutuhkan untuk memenuhi komitmen mengurangi emisi karbon adalah sekitar 247,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 3.461 triliun hingga tahun 2030.

Adapun dalam Paris Agreement, Indonesia berkomitmen memenuhi Nationally determined contributions (NDCs) alias berkontribusi mengurangi emisi karbon pada kisaran 28 persen atau 41 persen dengan dukungan internasional.

Baca juga: Ketika Sri Mulyani Heran Draf PPN Sembako Bisa Bocor ke Publik

"Kebutuhan untuk bisa transformasi Indonesia untuk menurunkan emisi, itu sangat tinggi. Dengan dukungan internasional, dibutuhkan dana dengan jumlah hingga 247,2 miliar dollar AS, kalau dirupiahkan Rp 3.461 triliun," kata Sri Mulyani dalam webinar, Jumat (11/6/2021).

Artinya, negara perlu menyiapkan dana untuk menangani perubahan iklim paling tidak Rp 266,6 triliun per tahun hingga tahun 2030.

Anggaran itu bahkan lebih besar dari anggaran kesehatan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang berkisar 172 triliun.

"Karena memang untuk meng-address isu climate change bukanlah upaya yang murah dan gratis. Luar biasa sangat mahal. Konsekuensi biayanya juga luar biasa," beber Sri Mulyani.

Sementara saat ini, anggaran yang disiapkan pemerintah (budget tagging) untuk perubahan iklim masih sangat minim. Sri Mulyani membeberkan, anggaran hanya berkisar 4,1 persen atau sekitar Rp 86,7 triliun per tahun.

"Dibandingkan kebutuhan Rp 266 triliun, tentu ini sangat jauh. Tapi Kemenkeu sudah inisiatif untuk melakukan budget tagging untuk climate change, kita mulai sejak tahun 2016," ungkap dia.

Maka itu, menangani isu perubahan iklim harus gotong royong dengan berbagai pihak, baik global maupun domestik.

Di domestik, dia berharap pemerintah daerah menyoroti isu perubahan iklim dan menganggarkan dana untuk menangani isu tersebut.

Baca juga: Sembako Bakal Kena PPN, Sri Mulyani Bantah Tak Dukung Pemulihan Ekonomi

Pihaknya pun meminta sektor swasta, NGO, filantropi, dan masyarakat berkontribusi menangani isu tersebut.

Tak melulu soal uang, masyarakat bisa turun berkontribusi melalui waste management dan kebiasaan membuang sampah dengan baik.

Begitu juga dengan cara menggunakan energi, menggunakan air bersih, termasuk mengkonsumsi barang-barang yang ramah lingkungan.

"Namun peranan pemerintah tetap signifikan. Dengan climate tagging sekitar 4,1 atau 6,7 persen, maka pemerintah terus berikhtiar untuk mobilisasi berbagai pihak di dalam ikut melakukan komitmen climate change melalui peran serta mereka," pungkas Sri Mulyani.

Baca juga: PPN Mobil Diskon tapi Sembako Dipajaki, Sri Mulyani: Teknik Hoaks yang Bagus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3, S1, dan S2

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3, S1, dan S2

Work Smart
Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Whats New
Rupiah Tertekan, 'Ruang' Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Rupiah Tertekan, "Ruang" Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Whats New
Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Whats New
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com