Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Investasi ETF yang Disebut-sebut Cocok untuk Investor Pemula

Kompas.com - 14/06/2021, 10:31 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Produk investasi Exchange Traded Fund (ETF) masih tergolong asing bagi sebagian investor pasar modal Indonesia. Padahal, ETF dinilai cocok untuk alternatif investasi bagi investor pemula (newbie) karena sejumlah keunggulan yang dimilikinya.

Tak mengherankan, di Jepang ETF tumbuh subur karena sangat diminati investor pemula. Hal ini diungkapkan Head of ETF Secondary Trading di Tokyo Stock Exchange (TSE), Kei Okazaki di gelaran ETFest 2021.

Kendati demikian, ia mengakui ada banyak tantangan saat Bursa Efek Jepang mulai memasarkan ETF untuk pertama kali.

Baca juga: Pendaftaran CPNS dan PPPK 2021 Resmi Diumumkan, Simak Link Berikut

Berbagai insentif mulai pajak dan kemudahan akses diberikan untuk memikat investor. Bahkan, untuk menggenjot kesadaran investor akan ETF, Tokyo Stock Exchange (TSE) membangun website khusus yang menginformasikan produk ETF setransparan mungkin.

"ETF yang diperkenalkan di Amerika pada 1993 untuk pertama kalinya diluncurkan di Jepang pada 1995 melalui Nikkei 300 Stock Index. Hingga hari ini sudah tercatat ada 12 market maker yang menyediakan likuiditas ke-155 produk ETF di Bursa Efek Jepang dengan total asset under management (AUM) per Februari 2021 mencapai 580 miliar dollar AS," kata dia melalui keterangan tertulis, dikutip Senin (14/6/2021).

Lebih lanjut kata dia, pertumbuhan ETF yang signifikan di Jepang ini disokong tiga keunggulan yakni harganya yang sangat terjangkau dibandingkan dengan produk investasi lainnya.

Selain itu juga bisa berinvestasi diberbagai aset dengan mudah karena cara memperdagangkannya seperti saham, dan formulasi ETF yang terdiversifikasi bisa digunakan untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang.

Dikutip dari situs resmi BEI, ETF adalah reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek.

Baca juga: Sudah Turun, Ini Harga Daging Sapi pada Juni 2021

ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.

ETF sebagai produk investasi reksa dana yang diperdagangkan di bursa dengan salah satu keunggulan utama settlement T+2, ini jelas jauh lebih cepat dari durasi subscription atau redemption reksa dana konvensional.

Tak mengherankan, reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa ini diminati investor pemula.

Penulis, komedian, sutradara dan aktor, Raditya Dika yang hadir perhelatan ETFest 2021 ini menuturkan, ETF cocok untuk alternatif investasi generasi sandwich seperti dirinya yang memang perlu memikirkan dana pensiun sejak dini.

Baca juga: Jelaskan Pertimbangan PPN Sembako dkk, Kemenkeu Sebut The Death of The Income Tax

Kalau selama ini ia berinvestasi di reksa dana dan saham, namun kini telah memiliki alternatif investasi yang menggabungkan keduanya, yakni ETF.

"Rasa penasaran gua itu ketika gua tahu sebagian besar orang di Amerika yang gua follow di Youtube dan Instagram memilih ETF maka gua tertarik nyari di Indonesia," ujarnya.

Selanjutnya, ia pun berpesan agar investor pemula untuk bersabar dalam investasi sehingga  60-70 persen masalah investasi itu bisa teratasi.

"Banyak orang boncos (rugi) karena enggak sabar saja. Enggak sabar ingin jual, enggak sabar ingin beli hingga enggak sabar dengan prosesnya," pungkasnya.

Baca juga: Ditjen Pajak Kirim Email ke 13 Juta Wajib Pajak, Isinya Penjelasan soal PPN Sembako

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com