JAKARTA, KOMPAS.com - Produk investasi Exchange Traded Fund (ETF) masih tergolong asing bagi sebagian investor pasar modal Indonesia. Padahal, ETF dinilai cocok untuk alternatif investasi bagi investor pemula (newbie) karena sejumlah keunggulan yang dimilikinya.
Tak mengherankan, di Jepang ETF tumbuh subur karena sangat diminati investor pemula. Hal ini diungkapkan Head of ETF Secondary Trading di Tokyo Stock Exchange (TSE), Kei Okazaki di gelaran ETFest 2021.
Kendati demikian, ia mengakui ada banyak tantangan saat Bursa Efek Jepang mulai memasarkan ETF untuk pertama kali.
Baca juga: Pendaftaran CPNS dan PPPK 2021 Resmi Diumumkan, Simak Link Berikut
Berbagai insentif mulai pajak dan kemudahan akses diberikan untuk memikat investor. Bahkan, untuk menggenjot kesadaran investor akan ETF, Tokyo Stock Exchange (TSE) membangun website khusus yang menginformasikan produk ETF setransparan mungkin.
"ETF yang diperkenalkan di Amerika pada 1993 untuk pertama kalinya diluncurkan di Jepang pada 1995 melalui Nikkei 300 Stock Index. Hingga hari ini sudah tercatat ada 12 market maker yang menyediakan likuiditas ke-155 produk ETF di Bursa Efek Jepang dengan total asset under management (AUM) per Februari 2021 mencapai 580 miliar dollar AS," kata dia melalui keterangan tertulis, dikutip Senin (14/6/2021).
Lebih lanjut kata dia, pertumbuhan ETF yang signifikan di Jepang ini disokong tiga keunggulan yakni harganya yang sangat terjangkau dibandingkan dengan produk investasi lainnya.
Selain itu juga bisa berinvestasi diberbagai aset dengan mudah karena cara memperdagangkannya seperti saham, dan formulasi ETF yang terdiversifikasi bisa digunakan untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang.
Dikutip dari situs resmi BEI, ETF adalah reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek.
Baca juga: Sudah Turun, Ini Harga Daging Sapi pada Juni 2021
ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.
ETF sebagai produk investasi reksa dana yang diperdagangkan di bursa dengan salah satu keunggulan utama settlement T+2, ini jelas jauh lebih cepat dari durasi subscription atau redemption reksa dana konvensional.
Tak mengherankan, reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa ini diminati investor pemula.
Penulis, komedian, sutradara dan aktor, Raditya Dika yang hadir perhelatan ETFest 2021 ini menuturkan, ETF cocok untuk alternatif investasi generasi sandwich seperti dirinya yang memang perlu memikirkan dana pensiun sejak dini.
Baca juga: Jelaskan Pertimbangan PPN Sembako dkk, Kemenkeu Sebut The Death of The Income Tax
Kalau selama ini ia berinvestasi di reksa dana dan saham, namun kini telah memiliki alternatif investasi yang menggabungkan keduanya, yakni ETF.
"Rasa penasaran gua itu ketika gua tahu sebagian besar orang di Amerika yang gua follow di Youtube dan Instagram memilih ETF maka gua tertarik nyari di Indonesia," ujarnya.
Selanjutnya, ia pun berpesan agar investor pemula untuk bersabar dalam investasi sehingga 60-70 persen masalah investasi itu bisa teratasi.
"Banyak orang boncos (rugi) karena enggak sabar saja. Enggak sabar ingin jual, enggak sabar ingin beli hingga enggak sabar dengan prosesnya," pungkasnya.
Baca juga: Ditjen Pajak Kirim Email ke 13 Juta Wajib Pajak, Isinya Penjelasan soal PPN Sembako
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.