"Kita tidak mungkin membuat jasa pendidikan ini kemudian membuat rakyat kebanyakan jadi tidak bisa mengakses pendidikan. Itu tidak mungkin pemerintah akan melakukan hal itu," tandas Neil.
Akibat isu pajak sembako dan sekolah, banyak pihak membenturkannya dengan kebijakan PPnBM dari pemerintah, memberikan diskon kepada para pembeli mobil yang notabene merupakan kelas menengah ke atas.
Kebijakan ini sekali lagi memicu kemarahan publik. Masyarakat merasa pemerintah lebih pro kepada masyarakat kelas atas.
Namun kata Neil, kebijakan perpajangan diskon PPnBM jangan dilihat dari siapa yang merasakan. Tapi harus dilihat dari dampak dari kebijakan tersebut kepada seluruh masyarakat.
Kebijakan PPnBM diberikan karena banyak masyarakat kelas atas yang enggan membelanjakan uangnya. Mereka cenderung mempertebal dompet dengan menaruh uang di bank.
Penahanan dana menyebabkan uang tidak berputar, sehingga berdampak pada produsen mobil maupun industri otomotif lainnya. Jika produsen otomotif terdampak, maka penjualan akan terus menurun.
Penjualan yang menurun dari sebuah perusahaan akan berdampak pada nasib karyawan di perusahaan itu yang notabene kebanyakan masyarakat kelas menengah.
Baca juga: PPN Sembako dkk Diyakini Bikin Sistem Pajak Lebih Adil, Begini Penjelasan Stafsus Menkeu
Jika terus-terusan seperti ini, bukan tidak mungkin mereka akan terkana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). PHK bukan hanya akan dirasakan oleh karyawan industri otomotif, tapi juga industri penunjang/pendukungnya.
"Ini jangan dilihat siapa yang beli (mobil berkat diskon PPnBM), tapi disini pertimbangannya adalah kenapa diberikan?," pungkas Neil.
Sri Mulyani sempat menyebut, penggabungan kedua isu menjadi berita bohong (hoax) yang termakan oleh publik. Sejauh ini, pemerintah belum memungut sepeserpun pajak sembako.
"Dan akan dibentur-benturin seolah PPnBM untuk mobil diberikan dan sembako dipajaki, itukan teknik hoax yang bagus banget memang," seloroh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.