Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Coca-Cola, Bermula dari Minuman Obat Racikan Apoteker

Kompas.com - 17/06/2021, 07:33 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Aksi bintang sepak bola Cristiano Ronaldo baru-baru ini membuat perusahaan minuman soda, Coca-Cola kehilangan nilai pasar 4 miliar dollar AS atau Rp 56,8 triliun (Kurs Rp 14.200 per dollar AS).

Hal ini terjadi setelah Ronaldo menggeser botol dua botol Coca-Cola pada konferensi pers jelang pertandingan Euro 2020 Senin (13/6/2021).

Akibat aksi tersebut saham Coca-Cola anjlok di bursa New York. Melansir The Sun, harga saham Coca-cola Amatil Ltd turun dari 56,10 dollar AS menjadi 55,2 dollar AS per saham.

Saham perusahaan minuman soda tersebut mengalami penurunan terendah sebesar 1,6 persen. Namun berhasil kembali menguat beberapa waktu setelahnya di posisi 55,44 dollar AS pada penutupan perdagangan.

Baca juga: Ronaldo Geser 2 Botol, Kapitalisasi Pasar Coca-Cola Menguap Rp 56,8 Triliun

Atas hal tersebut, pihak Coca-Cola mengeluarkan pernyataan sebagai tanggapan atas tindakan CR7. Manajemen mengatakan, apa yang dilakukan CR7 merupakan hak setiap orang atas preferensi minuman mereka.

“Setiap orang berhak atas preferensi minuman mereka, dan setiap orang memiliki selera dan kebutuhan yang berbeda,” kata manajemen.

Ronaldo memang dikenal dengan diet ketat dan menghindari makanan manis, dengan tetap mengonsumsi makan bersih hingga enam kali sehari untuk mempertahankan fisiknya yang luar biasa saat ia menua.

Sejarah Coca-Cola

Dilansir dari Britannica, minuman Coca-Cola lahir pada tahun 1886 setelah seorang apoteker bernama John Stith Pemberton meracik sebuah minuman sirup segar untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Baca juga: Daftar 7 BUMN Terbesar di Indonesia dari Sisi Aset, Siapa Juaranya?

Beberapa sumber menyebutkan, minuman tersebut berbahan ekstrak daun koka yang merupakan bahan baku kokain yang dicampur dengan tambahan kafein dari kacang kola.

Itu sebabnya, minuman tersebut diberi nama Coca-Cola yang berasal dari nama kedua ekstrak tersebut. Namun pada tahun 1903, ekstrak daun kola dihilangkan dari formula.

Meskipun demikian, Coca-Cola selalu menyangkal dan menyatakan bahwa produknya sama sekali tidak mengandung ekstrak daun koka, baik dulu mapun saat ini. 

Pemberton menjual minuman dengan rasa sirup soda tersebut di pasar. Saat cuaca panas, minuman tersebut laku keras.

Perusahaan tersebut kemudian beralih ke tangan Griggs Candler tahun 1891. Seorang pengusaha yang juga berprofesi sebagai apoteker yang membeli usaha milik Pamberton. Ia lalu mendirikan perusahaan baru bernama Coca-Cola Company setahun setelahnya.

Di tangan Candler, penjualan minuman Coca-Cola semakin melejit, dari awalnya 9.000 galon di tahun 1890 menjadi 370.877 galon di tahun 1900.

Baca juga: Daftar 9 Pentolan NU yang Jadi Komisaris BUMN

Lantaran semakin diterima pasar, Coca-Cola kemudian mendirikan beberapa pabrik di Dallas, Los Angeles, dan Philadelphia. Selain laris manis di AS, penjualannya juga moncer di Kanada.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com