Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Sinyal The Fed, Dana Rp 144 Triliun Kabur dari Negara Berkembang Asia

Kompas.com - 17/06/2021, 08:00 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber nikkei

JAKARTA, KOMPAS.com - Negara berkembang (emerging market) di Asia kini menghadapi tekanan modal asing keluar dari pasar kawasan tersebut.

Saat ini, aliran dana itu mulai kabur lantaran wabah Covid-19 memperlambat pemulihan ekonomi kawasan. Di sisi lain, ada sinyal bahwa bank sentral AS dan Eropa menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan.

Menurut Institute of International Finance, investor internasional sudah menjual 500 juta dollar AS saham dan obligasi lebih banyak dibanding yang dibelinya di pasar negara berkembang pada bulan Mei.

Baca juga: Sepekan Modal Asing Masuk Rp 10,54 Triliun, BI: RI Deflasi 0,09 Persen

Hal ini menandakan, adanya arus dana keluar yang pertama kali sejak Desember 2020.

Ketika data mengecualikan China, arus keluar tercatat melonjak menjadi 10,8 miliar dollar AS atau Rp 144 triliun (kurs Rp 14.000).

Mengutip Nikkei Asia, Kamis (17/6/2021), spread suku bunga ke depan dapat menjadi faktor yang lebih besar dalam pergerakan modal asing.

Pertumbuhan ekonomi merosot

Dilaporkan, pasar saham di Thailand, Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan mengalami arus keluar modal neto pada bulan Mei. Hal ini membuat Indeks Komposit Kuala Lumpur Malaysia dan Indeks Komposit PSE di Filipina merosot dibanding akhir tahun lalu.

Masalahnya terletak pada prospek pertumbuhan ekonomi yang suram. Di Malaysia misalnya, pemerintah memberlakukan karantina wilayah hingga akhir bulan ini hingga sebagian bisnis menangguhkan operasinya.

Sementara Thailand membatasi jam buka restoran dan masuknya turis asing. Meski pemerintah bakal membuka pembatasan dalam 120 hari ke depan, proyeksi pertumbuhan ekonomi negara Gajah Putih itu merosot.

Pemerintah setempat menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi antara 1,5 persen - 2,5 persen, dibandingkan proyeksi sebelumnya dengan rentang 2,5 persen - 3,5 persen.

Kebijakan moneter

Selain prospek pertumbuhan ekonomi, investor juga bergulat dengan prospek kebijakan moneter.

Baca juga: BI: Aliran Modal Asing ke RI Bisa Tembus 19,6 Miliar Dollar AS, Tertinggi Kedua Setelah China

Diketahui, The Fed telah mengumumkan akan memulai pembicaraan untuk mengurangi pembelian aset yang meningkatkan likuiditas pada akhir tahun ini.

Rencana tersebut lantas dapat memacu lebih banyak arus modal keluar dari negara-negara berkembang di Asia, saat suku bunga acuan masih relatif rendah.

Karena arus modal banyak keluar, mata uang negara tersebut akan terdepresiasi. Hal ini membutuhkan tindakan penyeimbangan yang rumit oleh bank sentral negara-negara Asia.

Bank sentral di Asia saat ini cenderung masih melonggarkan kebijakan moneter untuk merangsang ekonomi, tapi di sisi lain mesti mengurangi risiko kaburnya modal.

Halaman:
Sumber nikkei
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Naik Selama Ramadan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com