JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dinilai perlu memiliki inovasi pembiayaan risiko bencana.
Pasalnya, kondisi geografis negara terletak di jalur Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang menyebabkan hampir seluruh wilayah rentan terpapar risiko bencana.
Direktur Humanitarian & Emergency Affairs, Wahana Visi Indonesia, Margaretha Siregar mengatakan, pada tahun 2021 saja, sudah ada lebih 1.400 kali kejadian bencana di Indonesia.
Baca juga: [POPULER MONEY] Limit Kartu Kredit Petinggi Pertamina Rp 30 Miliar | Polri Buka 1.035 Formasi CPNS
"Kita sudah melihat ada sekian banyak pengungsi atau orang yang harus dievakausi akibat bencana tersebut. Belum lagi kita melihat betapa banyak kerugian baik material maupun imaterial yang terjadi akibat bencana ini," kata Margaretha dalam siaran pers, Jumat (18/6/2021).
Margaretha menyebut, pemerintah memang telah menyiapkan dana cadangan bencana dalam APBN.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun telah merumuskan apa yang perlu dilakukan atau direkomendasikan terkait bencana dan rehabilitasinya.
Namun, hal itu harus ditindaklanjuti hingga level masyarakat sebagai pihak penerima manfaat dari pembiayaan risiko bencana.
"Yang perlu diperhatikan adalah perlindungan sosial adaptif masyarakat untuk antisipasi dan mitigasi bencana. Hal lainnya terkait masalah administratif dalam menjangkau kelompok khusus antara lain penyandang disabilitas maupun penduduk lansia yang rentan miskin," beber Margaretha.
Baca juga: Siap-Siap SBR010 Ditawarkan Mulai 21 Juni, Minimum Pembelian Rp 1 Juta
Sementara itu, Peneliti Departemen Ekonomi CSIS, Deni Friawan menyatakan mitigasi pembiayaan risiko bencana di Indonesia perlu dukungan dari berbagai pihak.
Tak hanya pemerintah, tapi juga masyarakat dan sektor swasta.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.