Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Nikel Besar, Luhut Sebut RI Punya Posisi Tawar yang Kuat

Kompas.com - 18/06/2021, 14:29 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, produksi nikel Indonesia mencapai sebanyak 21 juta ton setahun. Jumlah itu sekaligus menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia dalam bentuk Nickel Pig Iron (NPI).

Pemerintah pun akan terus mendorong investasi hilirasi produk turunan nikel untuk memproduksi baterai listrik. Menurut Luhut, dengan potensi itu Indonesia punya posisi tawar yang kuat kepada investor.

"Dengan ini (potensi nikel) yang besar kita lihat bahwa Indonesia punya bargaining position (posisi tawar) yang kuat,” ujarnya dikutip dalam keterangan tertulis, Jumat (18/6/2021).

Baca juga: Cadangan Nikel Antam untuk Industri Baterai Cukup hingga 30 tahun

Oleh sebab itu, Luhut menyatakan, bahwa Indonesia memiliki hak untuk berkembang dan bekerja sama yang saling menguntungkan, sehingga harus terus memainkan perannya.

“Kita juga ngga boleh baik-baik amat. Kita harus mainkan peran kita,” imbuhnya.

Indonesia diproyeksi akan memasok 50 persen pasokan dunia pada tahun 2025. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2020 yang baru memasok 28 persen.

Luhut bilang, proyeksi itu sejalan dengan perkiraan produksi nikel Indonesia yang akan meningkat dengan adanya smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL). Smelter ini akan mulai beroperasi pada 2021 yang akan menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP).

Menurutnya, pemerintah saat ini tengah fokus pada lima hal untuk bisa menarik investasi. Terdiri dari hilirisasi sumber daya alam (SDA), pengembangan baterai lithium, sektor kesehatan, infrastruktur konektivitas maritim, dan penurunan emisi karbon.

Selain nikel, pemerintah juga berupaya dalam menarik investasi hilirisasi bauksit. Luhut menyebut, bahwa sudah ada tujuh kawasan industri yang mengembangkan produk turunan nikel dan bauksit.

Ketujuh kawasan industri itu di antaranya, kawasan Galang Batang dengan nilai total investasi sebesar 2,5 miliar dollar AS dengan target operasi di 2021.

Kawasan industri Morowali Utara dengan nilai total investasi 4.19 miliar dollar AS dan target operasi pada kuartal IV-2021.

Baca juga: Ada Larangan Ekspor Bijih Nikel, Konsumsi Listrik Sulawesi Bisa Naik 3 Kali Lipat

Kemudian ada kawasan industri Tanah Kuning dengan total nilai investasi yang akan dikucurkan secara bertahap sebesar 60 miliar dollar AS dan target beroperasi di 2022.

Selain kawasan-kawasan itu, Luhut juga menyebutkan nilai investasi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan Indonesia Weda Bay Industrial Park yang masing-masing sebesar 10 miliar dollar AS.

Menurutnya, dengan membangun berbagai kawasan industri yang terintegrasi maka diyakini akan memangkas ongkos produksi menjadi semakin murah.

“In the end, cost kita jadi sangat murah, otomatis harga jual nikel olahan kita jadi bersaing sehingga China menerapkan kebijakan dumping ke Indonesia,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com