Pencapaian luar biasa ini menjadikan Coca-Cola selalu dijadikan bahan ajar sekolah-sekolah bisnis di seluruh dunia. Kajian ilmiah tentang Coca-Cola tumpah-ruah, mirip dengan produknya yang tumpah-ruah ada di ujung nun jauh Afrika Selatan hingga perbatasan Antartika di Chile.
Gaya hidup global alhasil tidak lengkap apabila tidak ada Coca-Cola. Bahkan Coca-Cola dengan kecerdasan strategi pemasaran dan periklannnya banyak membentuk gaya hidup popular.
Pepatah bijak berucap, setiap zaman ada orangnya, setiap orang ada zamannya. Pun dengan Coca-Cola. Dengan saudara sekandung (Sprite dan Fanta) Coca-Cola memiliki zaman sendiri.
Kampanye masif hidup sehat bergulir sangat kencang. Salah satu bentuk kampanye itu menyingkirkan minuman bersoda, karena soda merupakan musuh dari hidup sehat.
Menyiasati hal ini, produk-produk yang dimiliki Coca-Cola dan selama ini hanya sekadar pelengkap mulai dikampanyekan dengan masif.
Manajemen Coca-Cola membagi produknya menjadi empat rumpun: minuman ringan, jus dan susu, teh dan kopi, air kemasan dan minuman olah raga.
Antisipasi manajemen Coca-Cola memang jitu. Minuman ringan (Coca-Cola, Fanta, Sprite) benar mulai ditinggalkan konsumennya. Dari rumpun lain justru terjadi kenaikan penjualan yang signifikan.
Pada 2019, minuman ringan yang masih tinggi penjualannya hanya di kawasan Asia Pasifik. Sementara di jazirah Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika, minuman ringan sudah kalah oleh produk jus, teh, kopi, air kemasan dan minuman olah raga.
Pangsa pasar Asia Pasifik sendiri hanya menyumbang dua puluh empat persen dari total penjualan seluruh produk Coca-Cola company (Lihat di sini).
Kembali kepada melodrama Ronaldo menyingkirkan Coca-Cola dan kemudian Coca-Cola rugi Rp 57 triliun. Sesungguhnya hanya menarik untuk diwartakan. Kebenarannya, ya tidak juga.
Tanpa disingkirkan Ronaldo, produk Coca-Cola memang mengalami penurunan. Coca-Cola company sedang bertransformasi, fokus pada produk-produk minuman sehat.
Seumpama di depan Ronaldo tersaji minuman air kemasan Ades, pasti akan ditenggak oleh Ronaldo. Ades adalah merek air minuman kemasan milik Coca-Cola.
Publik jarang tahu bahwa setelah Pogba memindahkan Heineken, sahamnya justru naik 1,02% menjadi 99,18 euro per saham.
Apakah Heineken sakti sehingga ketika disingkirkan oleh Pogba justru nilai sahamnya naik? Ya tidak juga.
Baca juga: Usai Ronaldo Singkirkan Coca-Cola, Paul Pogba Pindahkan Botol Bir
Umur Heineken lebih tua dibanding Coca-Cola. Didirikan pada tahun 1864 di Amsterdam Belanda. Heineken International (nama perusahaannya) beroperasi di tujuh puluh negara dengan seratus enam puluh lima pabrik.