KOMPASIANA---Media sosial barangkali jadi tempat yang tepat untuk bisa tetap eksis: bisa secara tampilan maupun pemikiran.
Media sosial memang dapat dimanfaatnya yang memudahkan orang-orang untuk saling berinteraksi dari jarak jauh.
Namun, apakah penting bagi kita untuk memahami bahwa kehidupan di media sosial tidaklah sama dengan apa yang terjadi dalam realita?
Pada akhirnya bersikap jujur maupun menjadi pribadi yang berbeda di media sosial menjadi pilihan bagi penggunanya.
1. Saya di Media Sosial adalah Saya di Dunia Nyata, tapi...
Berdasarkan unggahan di media sosial milik Kompasianer Agustina Purwantini sendiri, pernah pada satu kesempatan temannya berkata kalau hidupnya hanya jalan-jalan dan jajan saja.
Kompasianer Agustina Purwantini sama sekali tidak menyangka kalau unggahan-unggahan tersebut dianggap unggahan organik semua.
Padahal, dari banyaknya unggahan tentang tempat makan keren, destinasi wisata, bangunan heritage, dan info produk merupakan sebuah promosi belaka.
"Ada pula unggahan saya di tempat wisata yang beneran jauh dari rumah. Misalnya pas diundang Balekuda untuk menjajal kemampuan naik kuda di sepanjang tepi sungai, bahkan nyemplung di sungainya," tulisnya. (Baca selengkapnya)
2. Membiarkan Orang Lain Mempunyai "Dunianya" Sendiri
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.