Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Harga Emas Sudah Sepekan Terus Turun?

Kompas.com - 21/06/2021, 15:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

Adanya kemungkinan suku bunga yang akan naik ke depannya, maka tak menutup kemungkinan tapering atau pengurangan surat utang yang dikeluarkan pemerintah AS oleh The Fed, dilakukan lebih dahulu.

Pengumuman The Fed itu membuat indeks dolar AS melesat naik, tetapi penguatan itu memukul harga-harga komoditas yang mayoritas menggunakan mata uang dollar AS, termasuk emas.

"Jadi wajar kalau seandainya harga emas dan hampir semua komoditas turun, karena ekspetasi dari Bank Sentral AS itu 2 tahun ke depan atau 2023 akan menaikkan suku bunga 2 kali. Sehingga akibatkan fund-fund besar langsung melakukan taking profit," ujar Ibrahim kepada Kompas.com, dikutip Senin (21/6/2021).

Baca juga: Garuda Indonesia, Persoalan Visi, Mental, dan Moral Bangsa

Kendati demikian, Ibrahim meyakini pelemahan harga emas ini hanya bersifat sementara sebagai dampak dari The Fed.

Ibrahim meyakini, pada pekan ini harga emas akan terus bergerak naik.

Menurut dia, investor akan kembali memilih emas sebagai aset lindung nilai (hedging), lantaran pemerintah AS masih akan menggelontorkan stimulus senilai 1,9 triliun dollar AS yang telah disahkan oleh senat AS pada Maret 2021 lalu.

Injeksi likuiditas yang masif tentu akan menekan keperkasaan dollar AS. Di mana ketika nilai dollar AS tertekan, maka harga emas cenderung terapresiasi, lantaran investor akan lebih memilih menyimpan dananya pada emas sebagai salah satu aset yang minim risiko (safe haven).

"Artinya kemungkinan besar masih akan mengangkat sentimen positif terhadap logam mulia (emas) ke depannya," imbuh dia.

Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Pengusaha Pasrah Pemerintah Perketat PPKM Hingga Lockdown

Selain pengaruh stimulus AS, kemungkinan nilai emas akan kembali naik karena pengaruh pertemuan G7 atau tujuh negara terbesar di dunia yang memiliki ekonomi maju.

Pada pertemuan itu, lanjut Ibrahim, ada kemungkinan terjadi kembali perang dagang yang dahulu sempat dilakukan pada pemerintahan Trump.

Di sisi lain, memanasnya masalah geopolitik di Laut China Selatan dan Laut Atlantik karena ketegangan antara kapal induk AS dan sekutunya dengan China dan Rusia.

Gejolak ekonomi akibat perang dagang dan persoalan geopolitik itu diperkirakan akan memberi pengaruh pada kenaikan harga logam mulia ke depannya.

"Hal-hal ini yang akan mempengaruhi penguatan logam mulia kedepannya. Jadi jangan takut bahwa logam mulai akan jatuh, ini hanya akan koreksi sesaat, kemudian dia akan up kembali," pungkas Ibrahim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com