Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KURASI KOMPASIANA] Bisakah Kita Memahami Penderitaan Korban Pelecehan Seksual?

Kompas.com - 22/06/2021, 13:23 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Ada rasa malu dan trauma ketika penyintas pelecehan seksual buka suara terhadap peristiwa yang pernah dialaminya itu.

Atas kedua hal itulah yang membuat mereka takut untuk buka suara: dari aib keluarga hingga teror, barangkali, dari pelaku padanya.

Belum lagi respon orang yang mempertanyakan, mengapa korban pelecehan seksual diam dan tak melawan?

Sayangnya pertanyaan seperti itu tidak membantu sama sekali selain menunda pemulihan korban dan menyebabkan kerusakan psikologis lebih lanjut.

1. Sebelum Minta Speak-Up Pelecehan, Pikirkan Ancaman terhadap Korban

Meminta korban pelecehan seksual untuk speak-up, tulis Kompasianer Giovani Yudha, itu tidak mudah, sebab banyak ancaman menghantui.

Oleh karena itu, pertanyaan-perntanyaan seperti "Kenapa dia baru speak-up sekarang? Kenapa pas kejadian diam saja? Kenapa ngga ngomong dari dulu?" jadi tidak lagi relevan untuk dijawab maupun diperdebatkan.

Tujuan dari speak-up korban seharusnya adalah supaya bisa menjerat atau mengadili pelaku pelecehan. Namun, sayangnya kita tidak bisa mengontrol niat dan pikiran manusia.

Tidak hanya itu, jika para penyintas ini buka suara akan berdampak pula pada pekerjaan yang tengah dikerjakan itu.

"Ancaman di sini intinya korban takut akan kehilangan pekerjaan yang membuatnya kehilangan pendapatan sehingga tidak dapat menghidupi keluarga dan orangtuanya," tulis Kompasianer Giovani Yudha. (Baca selengkapnya)

2. Berani Beri Aksi Ssaat Terjadi Pelecehan Seksual

Sejak dulu banyak mitos yang beredar bahwa kasus pelecehan seksual hanya akan menimpa wanita yang tengah sendiri, pada malam hari dan ditempat sepi.

Namun, dewasa ini pelecehan seksual justru lebih banyak dilakukan di ruang publik dan pada siang hari.

Ruang publik, tempat yang semestinya mampu memberikan perlindungan karena banyak raga dan mata yang bisa menjaga, namun justru menjadi ancaman.

Lalu, apa yang sungguh bisa kita lakukan untuk membantu korban pelecehan?

Kompasianer Mayesti Ketrina memberikan cara 5D untuk membantu korban.

"Pertama, ditenangkan. Tenangkan sang korban setelah ia mengalami pelecehan seksual, berikan dukungan kita kepada mereka dengan tidak menanyakan hal-hal yang justru membuat perasaan mereka kian memburuk," tulisnya. (Baca selengkapnya)

3. Akankah Masyarakat Memahami Penderitaan Korban Pelecehan Seksual?

Beberapa orang yang dipercaya untuk mendengarkan pengalaman penyintas dilecehkan nyatanya malah cenderung menyalahkan korban meski awalnya mereka bersimpati.

Semestinya, juga harapan ke depan, yang dilakukan orang-orang apabila menerima aduan tentang pelecehan seksual baik itu dari korbannya langsung ataupun dari orang lain itu bersimpati dan membantu masa pemulihan korban.

"Menjadi korban atas musibah pelecehan seksual bukanlah hal yang mudah, ada banyak trauma yang terus diingatnya," tulis Kompasianer Chairunnisa Ilmi.

Hal yang bisa dilakukan orang terdekat dari pihak korban adalah mendengarkan cerita korban tanpa sedikit pun menyalahkan korban. (Baca selengkapnya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com