Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KURASI KOMPASIANA] Toksiknya Lingkungan Kerja, tapi Menjadi Toksik Juga Pilihan

Kompas.com - 23/06/2021, 12:32 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Mana yang lebih tidak membuat tidak nyaman ketika bekerja: pekerjaan yang banyak atau lingkungan kerja yang toksik?

Pekerjaan yang banyak, tapi lingkungan kerja yang mendukung tentu dengan muudah bisa kita selesaikan. Akan tetapi, jika lingkungan kerja yang buruk, baru mau mulai bekerja saja rasanya berat.

Ya, lingkungan kerja dapat berdampak besar pada kesehatan fisik, mental, dan tentunya produktivitas kita dalam bekerja.

Selain karena menyukai apa yang kita kerjakan, membuat lingkungan kerja yang baik itu sama pentingnya.

1. Lingkungan Kerja Toksik, Mengubah Ancaman Menjadi Peluang

Dalam lingkungan kerja, kita tak kan pernah terhindar dan tidak dapat menghindari lingkungan kerja toksik.

Hal itu, menurut Kompasianer Mas Han karena lingkungan kerja toksik adalah bagian dari dinamika dalam ruang atau lingkungan di mana kita bekerja.

Alih-alih bisa menghindari lingkungan tersebut, justru yang ada kita akan terus berhadapan, tanpa bisa kita hindari.

"Lingkungan kerja toksik bisa jadi lahir karena adanya rutinitas yang membosankan, sistem yang stagnan dan tidak ada perubahan, juga stagnannya peluang karir staf bawahan," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

2. Hindari Lingkungan Kerja Toksik dengan Asosiasi Non-asosiasi

Kompasianer Budi Susilo menjelaskan, lingkungan kerja toksik tidak hanya ada di suatu perusahaan saja, tetapi bisa saja di asosiasi yang terdiri dari banyak entitas usaha serupa.

Ketika lingkungan kerja toksik di asosiasi resmi menjadi jalan buntu menuju kemajuan, lanjutnya, beberapa anggota lantas membentuk asosiasi non asosiasi.

Asosiasi yang dimaksudkan oleh Kompasianer Budi Susilo ini dipahami sebagai gabungan dari beberapa profesi atau usaha yang memiliki kepentingan sama.

"Dengan itu asosiasi juga mencerminkan lingkungan kerja, di mana para anggota pada waktu tertentu berkumpul untuk meningkatkan produksi, suasana sehari-hari mirip dengan suasana kantor biasa," tulisnya. (Baca selengkapnya)

3. Lingkungan Kerja Toksik Itu Pasti Ada, Menjadi Toksik Itu Pilihan!

Jika kita menjumpai lingkungan kerja yang toksik, Kompasianer Agus Puguh menuliskan beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan untuk menghindari pengaruh atau dampak buruk.

Untuk yang pertama, Kompasianer Agus Puguh menyarankan agar menjaga jarak dengan sesama rekan kerja sekantor.

"Urusan menjaga jarak dengan sesama rekan kerja jelas merupakan pilihan yang bisa kita lakukan bilamana kita menemukan lingkungan kerja yang toksik," lanjutnya.

Akan tetapi perkara menjaga jarak ini bukanlah suatu yang mudah, karena berakibat tidak mendapatkan teman atau sahabat di lingkungan kerja kita. (Baca selengkapnya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com