Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dompet Cekak? Begini Tips Hemat Uang Makan Sehari-hari

Kompas.com - 26/06/2021, 09:06 WIB
Yoga Sukmana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Manusia pasti butuh makan dan minum. Kebutuhan pangan ini sifatnya dasar dan wajib untuk dipenuhi.

Namun demikian, bukan berarti kamu menghabiskan gaji atau penghasilanmu dalam sebulan hanya untuk makan atau membeli bahan pangan. Kebutuhan tersebut sebetulnya bisa dihemat.

Terlebih buat kamu yang gajinya masih dipotong atau baru kena PHK alias menganggur. Pastinya harus cari akal supaya uang bisa cukup untuk bertahan hidup. Salah satunya dengan menghemat anggaran makan.

Caranya bagaimana? Berikut tips menghemat kebutuhan makan sehari-hari seperti dikutip dari Cermati.com:

• Buat rencana menu terlebih dahulu

Dalam setiap pengeluaran sebaiknya direncanakan terlebih dahulu, tak terkecuali untuk kebutuhan makan. Jika tidak bisa seminggu sekali, buat rencana menu makan harian.
Dengan demikian, kamu akan membeli bahan pangan yang sesuai dengan menu tersebut. Ini butuh komitmen yang kuat.

Baca juga: 3 Pilihan Investasi yang Cocok untuk Beli Rumah Impian

Sebab jika tidak, kamu malah tergiur borong bahan pangan lainnya sehingga membuat anggaran membengkak. Bukannya berhemat, jatuhnya malah boros.

• Mengurangi frekuensi makan

Kebutuhan makan memang penting. Tidak bisa dihilangkan, namun masih dapat dikurangi dengan memangkas frekuensi makan. Misalnya dari tiga kali sehari menjadi dua kali sehari.

Dengan mengurangi frekuensi makan ini, toh tidak akan membuatmu mati kelaparan kok. Masih bisa makan nasi dan lauk pauk.

Makan tiga kali sehari pun bukan jaminan hidup sehat. Bayangkan, berapa uang yang bisa kamu hemat dengan cara ini.

Misalnya kamu anak kos, biasa membeli makanan jadi. Jika sebelumnya dengan bujet Rp 20 ribu per sekali makan, untuk tiga kali selama sebulan sebesar Rp 1,8 juta.

Baca juga: Setelah El Salvador, Paraguay Disebut-sebut Pertimbangkan Bitcoin Jadi Alat Pembayaran

Bila dikurangi menjadi dua kali makan sehari, maka berarti hanya Rp 1,2 juta. Kamu hemat Rp 600.000 per bulan. Apalagi kalau bisa memangkas anggaran makan, penghematannya pasti lebih besar.

• Menurunkan kualitas makan atau bahan pangan

Tips lainnya dengan menurunkan kualitas makan atau bahan pangan. Maksudnya adalah kamu harus mulai mengubah gaya hidup dalam mengonsumsi makanan.

Bila sebelumnya hampir setiap hari makan lauk ikan dan daging sapi atau ayam, maka sekarang biasakan mengonsumsi tempe atau tahu. Atau bahan pangan murah meriah lainnya.

Selain itu, yang tadinya membeli bahan pangan bermerek, beralih ke yang non-merek atau curah. Hal yang terpenting kegunaan dan manfaatnya sama.

Apalagi ada rencana pemerintah memungut PPN (Pajak Pertambahan Nilai) untuk sembako premium. Andai nanti terealisasi, harga jual bahan pangan premium bisa jadi lebih murah.

Sementara bahan pangan curah alias non-premium yang umumnya ada di pasar tradisional dan warung-warung kelontong, tidak kena pajak.

Baca juga: Catat, PNS Dilarang Ambil Cuti Dekat Hari Libur Nasional

• Setop jajan di luar, mulai memasak sendiri di rumah

Kebiasaan yang bikin keuangan jebol tanpa kamu sadari biasanya jajan di luar, termasuk membeli makanan jadi. Terlebih makannya di restoran atau warung makan besar.

Coba deh ubah gaya hidup tersebut. Setop jajan di luar, dan mulai memasak sendiri di rumah.

Dengan bahan pangan seharga Rp 15.000 (sayur dan lauk), kamu bisa memasak untuk dua atau tiga kali makan sehari. Kalau beli makanan jadi, uang Rp 15.000 hanya buat sekali makan saja. Itupun di warteg bukan restoran.

Kemudian bawa bekal makan siang ke kantor. Jadi, godaan jajan di luar dapat tertahan karena akan merasa mubazir jika dibuang. Toh itu kan hasil masakanmu sendiri.

Baca Juga: 10 Tips Mengatur Keuangan Selama Jadi Pengangguran

• Beli bahan pangan di pasar tradisional

Keuntungan belanja di pasar tradisional, yakni harga yang murah dan bisa ditawar. Contoh dengan bujet Rp 15.000, kamu bisa dapat sepaket sayur sop Rp 5.000, tempe satu papan Rp 4.000, minyak goreng ukuran gelas Rp 3.000, bawang putih Rp 2.000, lada butir dan penyedap rasa Rp 1.000.

Harga jual di pasar tradisional tidak saklek. Masih bisa ditawar asal buang gengsi. Atau membeli bahan pangan sesuai anggaran.

Tetapi kalau kamu beli bahan pangan di supermarket, uang Rp 15.000 tentu tidak akan cukup.

• Bawa uang belanja dalam jumlah pas

Sebisa mungkin membawa uang pas dalam dompet sesuai kebutuhan atau anggaran belanja. Ini untuk menghindarimu dari pemborosan.

Bila kamu punya kartu kredit, tinggalkan di rumah. Jangan pernah membawanya kalau tidak terlalu mendesak.

Usahakan menggunakan uang tunai dalam jumlah yang tepat. Lebih baik tahan diri untuk berbelanja daripada harus berutang dan membebani keuanganmu di masa depan.

Komitmen dan Disiplin saat Berbelanja

Percuma kalau daftar belanja disusun, tetapi tidak komitmen dengan apa yang sudah direncanakan. Bisa buyar semuanya.

Untuk itu, penting memantapkan dalam diri untuk komitmen dan disiplin dalam penggunaan anggaran sesuai dengan rencana. Jangan membeli barang di luar kebutuhan yang sudah kamu tetapkan walaupun itu promo sekalipun.

Karena sekali kamu melakukannya, maka akan keterusan. Menjadi kebiasaan yang menurutmu bisa ditolerir. Padahal sama sekali tidak bagi keuanganmu.

Baca juga: Jadwal CPNS 2021 Resmi Diumumkan 29 Juni, Daftar di sscasn.bkn.go.id

Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara Kompas.com dengan Cermati.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab sepenuhnya Cermati.com

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com