Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Saya dengan Dakota dan Saya dengan Garuda Indonesia

Kompas.com - 27/06/2021, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERTAMA kali saya melihat pesawat terbang pada tahun 1950-an di Lapangan Terbang Kemayoran, diajak ayah saya dengan menggonceng sepeda dari rumah dibilangan Jalan Segara 4 nomor 4. Jakarta Pusat.

Yang saya lihat adalah pesawat terbang Garuda Indonesia jenis Dakota. Versi sipil dari Dakota dikenal sebagai DC-3 dan versi militernya adalah C-47.

Pertama kali saya menikmati terbang adalah di tahun 1969 ketika mengikuti sekolah para dasar di Margahayu Bandung.

Baca juga: Sederet Fakta Garuda Indonesia Dilarang Terbang ke Hong Kong

Sebagai Taruna Akabri Udara tingkat 2, kami harus mengikuti latihan terjun payung statik, bukan terjun bebas.

Ketika itu, untuk pertama kali saya menikmati terbang tanpa menikmati proses landing, karena harus terjun dari pesawat di udara.

Pesawat terbang yang digunakan adalah pesawat terbang Dakota dari satuan Skadron 2 Wing operasi 001 Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma.

Pertama kali saya terbang sebagai penumpang pesawat terbang sipil komersial adalah di tahun 1969 juga yaitu ketika bertugas mendamping tamu Kadet Amerika Serikat dari Jogyakarta ke Bali.

Ketika itu, pesawat terbang yang kami naiki adalah pesawat terbang Dakota milik Garuda Indonesia.

Baca juga: Tanggapan Garuda Indonesia Soal Penyetopan Penerbangan ke Hong Kong

Selesai kunjungan di Bali, kami terbang ke Jakarta menggunakan Maskapai Garuda Indonesia juga, namun kali ini dengan pesawat terbang Convair Jet 990-A, pesawat paling keren di zamannya.

Selesai sekolah penerbang Angkatan Udara , saya bertugas di Skadron 2 Wing Operasi 001 Halim Perdanakusuma.

Setelah menyelesaikan tahapan belajar terbang dengan 4 tipe pesawat latih termasuk pesawat latih Jet L-29, saya memulai tugas sebagai penerbang di satuan operasional Skadron Udara 2.

Pesawat yang digunakan adalah lagi-lagi pesawat Dakota.

Beruntung, selesai berlatih menerbangkan pesawat terbang Dakota C-47 Angkatan Udara, saya sempat ditugaskan terbang sebagai Ko Pilot Dakota milik Penerbad, Penerbangan Angkatan Darat, kemudian menerbangkan Dakota di PENAS, Perusahaan Arial Survey yang misinya melaksanakan foto udara.

Baca juga: Hong Kong Setop Sementara Penerbangan Garuda Indonesia, Ini Penyebabnya

Berikutnya saya juga ditugaskan menerbangkan Dakota di Papua milik Merpati Nusantara Airlines (MNA). Selanjutnya saya ditugaskan lagi terbang Dakota di Mandala Airlines dan juga pesawat VC-8 Vickers Viscount.

Tidak itu saja, karena saya sempat pula menerbangkan pesawat Dakota milik Kementerian Perhubungan yaitu Pesawat Kalibrasi Navigasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com