Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya, Marak Minyak Jelantah Dipakai untuk Gorengan

Kompas.com - 30/06/2021, 06:24 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Di Tanah Air banyak masyarakat awam yang menggunakan minyak jelantah sebagai pengganti minyak goreng. Kondisi ini terjadi lantaran minimnya pemahaman masyarakat.

Padahal, minyak jelantah mengandung senyawa karsinogenik atau zat yang bisa menjadi penyebab penyakit kanker, sehingga berbahaya bagi kesehatan. 

Minyak jelantah adalah minyak bekas pemakaian, bisa berasal dari minyak goreng sisa kebutuhan rumah tangga, kebutuhan restoran dan lain lain. Minyak ini meliputi minyak sawit dan segala minyak goreng lainnya.

Selama ini, banyak pedagang pengepul yang mengumpulkan minyak jelantah untuk kemudian dijual kembali.

Baca juga: Marak, Ayam Kampung Tidak Asli Beredar di Pasaran

Ketua Umum Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Bernard Riedo mengungkapkan, konsumsi minyak goreng di Indonesia per tahun sekitar 7 juta ton hingga 8 juta ton per tahun.

Sementara minyak goreng jelantah yang dihasilkan dari konsumsi tersebut 3 juta ton per tahun.

Bernard bilang, sebenarnya sah-sah saja minyak jelantah yang merupakan limbah diperdagangkan. Namun minyak jelantah seharusnya diolah kembali untuk dijadikan produk biodiesel yang dipakai untuk bahan bakar alternatif. Bukan dipakai untuk minyak konsumsi.

“Saat ini minyak jelantah menjadi barang yang dapat diperjual belikan, ada pembeilnya, ada pengumpul, dan eksportir," jelas Bernard secara dikutip pada Rabu (30/6/2021).

Baca juga: Teliti Sebelum Beli, Ini Cara Bedakan Ayam Kampung Asli dan Ayam Joper

"Sayangnya ini sepenuhnya belum disadari mengingat konsumsi minyak jelantah pada makanan seperti gorengan masih cukup besar, dan minyak jelantah masih banyak digunakan masyarakat," kata dia lagi

Bernard mengatakan, saat ini dibutuhkan regulasi khusus terkait dengan pemanfaatan minyak jelantah, agar tidak kembali dikonsumsi masyarakat, utamanya untuk bahan baku pangan seperti gorengan.

“Pemanfaatkan minyak jelantah perlu diawasi, diatur, kami berharap bisa ada kerja sama dengan pemerintah dalam melakukan terobosan terkait kebijakan dan pengaturan sehingga minyak jelantah bisa didaur ulang untuk konsumsi lainnya, selain pangan,” ujar dia.

Pedagang nakal

Sebagai informasi, selama ini banyak pedagang atau pengepul nakal yang memanfaatkan minyak jelantah untuk dijual kembali sebagai minyak goreng.

Baca juga: Benarkah Banyak Ayam Kampung Tidak Asli Dijual di Rumah Makan?

Minyak jelantah yang dikumpulkan kemudian didaur ulang dengan diendapkan selama beberapa waktu untuk melepaskan kotoran pada minyak dan menghilangkan bau tengik.

Selain diendapkan, banyak pedagang nakal selama pemurnian minyak jelantah menggunakan bahan kimia penjernih seperti H2O2 atau hidrogen peroksida. Tujuannya, agar warna minyak jelantah semakin bening mendekati minyak baru.

Penggunaan minyak goreng hingga berulang-ulang sampai berkali-kali, sepertinya sudah menjadi kebiasaan di Tanah Air. Maklum, harga minyak jelantah daur ulang lebih murah ketimbang minyak goreng baru.

Halaman:
Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com