Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Sekelumit Jakarta Tempo Doeloe

Kompas.com - 02/07/2021, 07:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEPERGIAN di Jakarta di tahun 1950-an sangat mudah. Bisa menggunakan trem, dan juga bisa menggunakan becak. Entah apa sebabnya kemudian trem yang melintas di pusat kota Jakarta dilenyapkan.

Ketika itu saya kebetulan tinggal di bilangan Jalan Segara, yang sebelumnya bernama Rijswijk dan sekarang dikenal sebagai jalan Veteran. Tidak jauh dari jalan Segara terdapat pusat perbelanjaan Pasar Baru dan tidak jauh dari situ pula ada Gedung Kesenian.

Di seberang Kali Ciliwung, terbentang jalan Nusantara, dengan banyak toko-toko yang berjajar di sana, antara lain Van Dorp, Toko Oen dan Toko Olivetti Soekardi. Di ujung jalan Nusantara, menyeberang rel Kereta Api, terdapat dua buah bioskop berseberangan yaitu Capitol dan Astoria.

Di Jalan Segara sendiri, terdapat Hotel Rijswijk dan di Jalan Segara I nomor 10 terdapat restoran terkenal, Ragusa Italian Ice Cream. Di Jalan Segara III agak berbatasan dengan Istana, menghadap ke Jalan Merdeka terdapat Hotel Lainnya yang bernama Hotel Dharma Nirmala, yang kemudian pernah menjadi Mess atau asrama Pasukan Cakrabirawa.

Ujung lainnya yang menghadap ke jalan Segara, ada gedung USIS ( United States Information Service).

Baca juga: Berapa Biaya yang Dibutuhkan Pemerintah Jika Jakarta Lockdown?

Jalan Segara IV kini sudah tidak ada karena sudah menjadi bagian dari halaman Istana Presiden tempat Kantor Sekneg dan Wisma Tamu Negara. Jalan Segara IV dahulu dikenal sebagai “poolweg” , orang Betawi menyebutnya sebagai “Gang Pol”.

Bila dari jalan Segara IV menuju ke arah jalan Majapahit, di sana terletak kedutaan besar India, yang sesekali tiap hari Rabu malam memutar film untuk warga sekitar. Di jalan Majapahit sendiri terdapat Hotel Majapahit, kemudian di seberangnya adalah toko dan show room Philips, sekarang bernama Ralin.

Ada juga beberapa toko, antara lain tukang cukur terkenal untuk kalangan atas yang bernama Maharim. Di penghujung jalan Majapahit inilah terdapat simpang Harmoni yang khas dengan patung telanjangnya yang bertengger di atas jembatan kali ciliwung. Berseberangan dengan patung tersebut ada sebuah Hotel lain yang bernama Hotel Des Indes.

Tidak jauh dari jalan Segara IV, di jalan Merdeka Barat, terletak gedung RRI dan juga sebuah kantor dengan bentuk yang unik yaitu terpajang dua buah baling-baling pesawat terbang di halaman mukanya.

Berseberangan dengan lokasi RRI terdapat kantor Polisi yang saat itu terkenal dengan nama Hoofdbureau Van Politie atau Kantor Besar Kepolisian. Orang-orang kala itu menyebutnya sebagai Hopbiro. Jalan Medan Merdeka Barat dahulu namanya adalah Koningsplein West.

Di jalan yang sama terdapat pula Museum yang dikenal dengan Gedung Gajah dan di dalamnya terdapat perpustakaan nasional.

Baca juga: Stasiun Garut, Kenangan Charlie Chaplin dan Pelesiran Orang Belanda

Berseberangan dengan museum terdapat Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) dengan stadion yang cukup megah untuk ukuran saat itu dan disampingnya ada lapangan terbuka yang masih terdapat pohon-pohon beringin besar, dikenal sebagai lapangan Gambir, dimana terdapat pula lapangan Deca Park.

Konon di zaman Belanda, sebenarnya Jakarta yang bernama Batavia hanyalah sebuah Kota Keresidenan. Kantor Keresidenan Batavia berada di Gedung Fatahilah yang sekarang menjadi Museum Fatahilah.

Pada saat ini semua sudah berubah sama sekali, lapangan Gambir yang berdampingan dengan Taman Chairil Anwar telah menjelma menjadi lapangan Monas, demikian pula beberapa bangunan lainnya sudah tidak ada lagi.

Dinamika pembangunan nasional memang menuntut banyak perubahan, sehingga banyak pula bangunan bangunan bersejarah yang kini sudah tidak ada lagi. Semua sudah tinggal kenangan. Kenangan dari sekelumit salah satu sisi dari kota Jakarta Tempo Doeloe.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com