JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) bulan Juli sebesar 115,35 dollar AS per ton, naik 15,02 dollar AS per ton dari sebelumnya.
Harga batu bara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel) itu menjadi yang tertinggi sejak hampir 10 tahun terakhir, tepatnya pada November 2011.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, lonjakan harga tersebut utamanya diakibatkan tingginya permintaan negara di kawasan Asia Timur, seperti China.
Baca juga: Harga Batu Bara Acuan Sentuh Titik Tertinggi dalam 1 Dekade
Aktivitas di Negeri Tirai Bambu itu tengah mengalami peningkatan, sehingga kebutuhan akan batu bara sebagai sumber energi menjadi semakin tinggi.
“Kapasitas pasokan batubara domestik Tiongkok terus menipis seiring kembalinya geliat aktivitas pembangkit listrik,” ujar Agung dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (6/7/2021).
China saat ini sedang kewalahan memenuhi kebutuhan batu bara dalam negeri akibat terjadinya kendala operasional seperti adanya kecelakaan tambang dan perubahan cuaca berupa hujan yang ekstrim.
Selain China, sambung Agung, Jepang dan Korea Selatan juga menunjukkan grafis kenaikan serupa.
“Ini berimbas pada kenaikan harga batubara global," katanya.
Kenaikan HBA Juli merupakan rekor tertinggi baru, setelah sebelumnya pada Juni lalu juga menembus 100,33 dollar AS per ton, dan mencatatkan sebagai HBA tertinggi sejak November 2011 yang saat itu mencapai 116,65 dollar AS per ton.
“Kenaikan ini menjadi yang paling tinggi dalam satu dekade," ujar Agung.
Baca juga: Kenaikan Harga Batu Bara Diproyeksi Tidak Akan Bertahan Lama
Sebagai informasi, HBA adalah harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8 persen, Total Sulphur 0,8 persen, dan Ash 15 persen.
Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA yaitu, suplai dan permintaan.
Pada faktor turunan suplai dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
Sementara untuk faktor turunan permintaan dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.
Baca juga: 10 Perusahaan Paling Banyak Mengeruk Batubara di Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.