Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Perlu Beri Insentif Bagi Industri yang Memproduksi Tabung Oksigen

Kompas.com - 06/07/2021, 21:09 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dinilai perlu mulai membangun industri tabung oksigennya sendiri.

Kebutuhan tabung oksigen medis untuk penanganan pasien Covid-19 yang melonjak belakangan menjadi semacam alarm tentang pentingnya keberadaan industri tersebut di dalam negeri.

Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai, pemerintah bisa menyediakan sejumlah insentif kepada para pelaku usaha di dalam negeri untuk melakukan kegiatan usaha produksi tabung oksigen.

Baca juga: Menperin Keluarkan Instruksi untuk Jamin Stok Oksigen Dalam Negeri

 

Bentuk insentifnya bisa berupa pinjaman, fasilitas keringanan perpajakan, dan lain-lain.

“Jadi kita juga berupaya memenuhi kebutuhan sendiri agar bisa membebaskan diri dari ketergantungan impor (tabung oksigen),” kata Trubus kepada Kontan.co.id, Selasa (6/7/2021).

Seperti diketahui, kebutuhan oksigen medis sedang tinggi-tingginya. Dalam wawancara Kontan.co.id sebelumnya, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) mencatat bahwa tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit untuk penanganan pasien Covid-19 sudah mencapai 95 persen, bahkan lebih, di wilayah-wilayah dengan status zona merah.

Seiring hal ini, kebutuhan oksigen medis berikut ‘wadahnya’, termasuk di antaranya tabung oksigen, mengalami kenaikan sejak 3 minggu belakangan ini.

“Kenaikannya bisa meningkat lebih dari 2 kali lipat,” ujar Sekretaris Jenderal ARSSI Ichsan Hanafi kepada Kontan.co.id, Senin (5/7/2021).

Permintaan yang meningkat terjadi ketika Indonesia masih bergantung pada pasokan tabung oksigen dari luar negeri.

Direktur Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Fridy Juwono mengatakan, seluruh tabung oksigen medis yang digunakan di dalam negeri masih berasal dari impor.

Baca juga: Pertamina Pasok Oksigen ke Berbagai Rumah Sakit

 

“Sampai saat ini kita belum memproduksi tabung oksigen medis,” kata Fridy kepada Kontan.co.id, Selasa (6/7/2021).

Ketua Umum Iron and Steel Industry Association (IISIA), Silmy Karim menduga, belum tersedianya industri tabung oksigen di dalam negeri bisa jadi disebabkan oleh belum potensi permintaan tabung oksigen yang belum terlalu menarik bagi pelaku usaha.

Hanya saja, ia mengaku tidak mengantongi data angka permintaan tabung oksigen di dalam negeri selama ini.

“Tidak pernah tercatat karena importirnya aktif menyalurkan langsung ke rumah sakit. Importirnya bukan anggota IISIA,” kata Silmy kepada Kontan.co.id.

Meski begitu, kebutuhan tabung oksigen yang meningkat belakangan ini bisa saja memicu para pemain untuk menggarap bisnis manufaktur tabung oksigen kelak.

“Ini (tumbuhnya industri tabung oksigen lokal) mungkin saja, cuma perlu waktu untuk menyiapkan equipment-nya,” imbuh Silmy.

Saat ini, pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan tabung oksigen berikut oksigen medis yang diperlukan dalam penanganan pasien Covid-19.

Baca juga: Jamin Ketersediaan Oksigen, Erick Thohir Kerahkan BUMN-BUMN Ini

 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya sudah meminta penambahan import tabung gas kepada Kementerian Perdagangan.

“Kita sedang mengupayakan terus peningkatan ketersediaan oksigen dengan berkoordinasi dengan perusahaan gas nasional untuk prioritas pada gas oksigen medis sebanyak 50% dari produksi yang ada,” kata Siti.

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Indonesia masih andalkan pasokan tabung oksigen impor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com