Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah menyebut ada tiga juta tenaga kerja yang terserap di sektor ritel beserta produk turunannya.
Sedangkan yang bekerja di pusat perbelanjaan lima puluh persennya, atau satu juta lima ratus ribu tenaga kerja.
Perkembangan mal di Indonesia menjanjikan. Mal bertumbuh hingga ke kota dan kabupaten kecil. Mal menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.
Hingga akhirnya datang pandemi yang meluluh-lantahkan industri ritel pada hulunya dan mal pada hilirnya. Belum pernah dalam sejarah hidupnya mal terpaksa tutup tiga bulan, dari April hingga Juni 2020.
Penutupan mal selama tiga bulan ini membawa dampak signifikan. Pertama yang terdampak pada sektor toko serba ada. Manusia banyak tinggal di rumah.
Mobilitas terbatas sehingga kebutuhan untuk membeli pakaian -termasuk juga tas dan sepatu- turun drastis.
Sebagai alat ukurnya adalah Matahari dan Ramayana karena gerainya ada dari Sabang sampai Merauke. Selama tahun 2020 penjualan Matahari rontok 52,3 persen dibanding 2019.
Pendapatan bersih dari Rp 10,27 triliun (2019) menjadi Rp 4,83 triliun (2020). Ramayana yang melayani pelanggan kelas menengah-bawah setali-tiga uang.
Jika pada pada 2019 pendapatan bersih Ramayana berada pada angka Rp 5,59 triliun, maka di tahun 2020 terjun bebas 54,8 persen menjadi Rp 2,52 triliun.
Kinerja jeblok ini tentu bersinggungan erat dengan keberadaan tokonya. Pada berbagai mal, terpaksa Matahari dan Ramayana menutup gerainya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.