Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Perikanan Sebut Masa Depan Bisnis Ikan Hias Masih Cerah

Kompas.com - 08/07/2021, 15:56 WIB
Elsa Catriana,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini tren ikan hias sedang menggeliat seiring banyaknya masyarakat yang tertarik memeliharanya semenjak anjuran untuk di rumah saja dan bekerja dari rumah (Work from Home).

Pengamat Perikanan dan Dekan UNPAD Fakultas Perikanan Yudi Nurul Ihsan mengatakan, ke depannya minat masyarakat untuk memelihara ikan hias masih cukup tinggi dan industri ikan hias memiliki masa depan yang begitu baik.

"Kalau saya lihat industri ikan hias itu punya masa depan yang begitu baik, dan trennya pun ke depan masih tinggi karena orang memelihara ikan hias itu ibarat merawat bayi. Ada kesenangan kan," ujar Yudi dalam media briefing bertajuk Digitalisasi Industri Budidaya Ikan di Indonesia, secara virtual, Kamis (8/7/2021).

Baca juga: Insya Allah Indonesia Akan Jadi Negara Pengekspor Ikan Hias Nomor Satu di Dunia

Walau demikian, kata dia, tren ikan hias di Indonesia harus dibarengi dengan strategi yang baik khususnya dalam pemasaran alias branding.

"Kita harus bisa membranding dengan baik. Kayak ikan cupang, kalau enggak dibranding akan terkesan biasa saja. Tapi karena brandingnya bagus, jadi lebih banyak yang suka," imbuh Yudi.

Yudi mengakui, memang selama ini pemerintah, pelaku atau para pemain industri perikanan, kurang fokus mengelola ikan hias.

"Ibarat main bola, pergerakan kita tergantung main bola. Kalau bola ke kanan, semua ke kanan. Bola ke kiri, semua kiri. Makanya kalau bisa kita yang atur bola," ungkap dia.

Padahal, Indonesia memiliki ribuan ikan hias yang bisa dikembangkan.

Baca juga: Bisnis Ikan Hias, Ibu Rumah Tangga Ini Sukses Tembus Pasar Ekspor

Sementara itu, Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publika Doni Ismanto Darwin mengakui bahwa selama ini kurang adanya cerita dalam mem-branding ikan hias.

Padahal, story telling yang ada di ikan hias menjadi salah satu daya tariknya untuk menaikkan lebih tinggi lagi antusias pembeli.

"Kayak ikan Nemo, ternyata Nemo itu punya Indonesia. Tapi karena story tellingnya kurang, orang enggak tahu. Jadi harus ada story tellingnya, ada cerita, asalnya dari mana dan banyak hal yang bisa dikulik. Itu yang jadi daya tariknya," ungkap Doni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com