JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini tren ikan hias sedang menggeliat seiring banyaknya masyarakat yang tertarik memeliharanya semenjak anjuran untuk di rumah saja dan bekerja dari rumah (Work from Home).
Pengamat Perikanan dan Dekan UNPAD Fakultas Perikanan Yudi Nurul Ihsan mengatakan, ke depannya minat masyarakat untuk memelihara ikan hias masih cukup tinggi dan industri ikan hias memiliki masa depan yang begitu baik.
"Kalau saya lihat industri ikan hias itu punya masa depan yang begitu baik, dan trennya pun ke depan masih tinggi karena orang memelihara ikan hias itu ibarat merawat bayi. Ada kesenangan kan," ujar Yudi dalam media briefing bertajuk Digitalisasi Industri Budidaya Ikan di Indonesia, secara virtual, Kamis (8/7/2021).
Baca juga: Insya Allah Indonesia Akan Jadi Negara Pengekspor Ikan Hias Nomor Satu di Dunia
Walau demikian, kata dia, tren ikan hias di Indonesia harus dibarengi dengan strategi yang baik khususnya dalam pemasaran alias branding.
"Kita harus bisa membranding dengan baik. Kayak ikan cupang, kalau enggak dibranding akan terkesan biasa saja. Tapi karena brandingnya bagus, jadi lebih banyak yang suka," imbuh Yudi.
Yudi mengakui, memang selama ini pemerintah, pelaku atau para pemain industri perikanan, kurang fokus mengelola ikan hias.
"Ibarat main bola, pergerakan kita tergantung main bola. Kalau bola ke kanan, semua ke kanan. Bola ke kiri, semua kiri. Makanya kalau bisa kita yang atur bola," ungkap dia.
Padahal, Indonesia memiliki ribuan ikan hias yang bisa dikembangkan.
Baca juga: Bisnis Ikan Hias, Ibu Rumah Tangga Ini Sukses Tembus Pasar Ekspor
Sementara itu, Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publika Doni Ismanto Darwin mengakui bahwa selama ini kurang adanya cerita dalam mem-branding ikan hias.
Padahal, story telling yang ada di ikan hias menjadi salah satu daya tariknya untuk menaikkan lebih tinggi lagi antusias pembeli.
"Kayak ikan Nemo, ternyata Nemo itu punya Indonesia. Tapi karena story tellingnya kurang, orang enggak tahu. Jadi harus ada story tellingnya, ada cerita, asalnya dari mana dan banyak hal yang bisa dikulik. Itu yang jadi daya tariknya," ungkap Doni.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.