JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri II BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan pandemi Covid-19 dan penugasan yang berat menjadi faktor BUMN karya perlu mendapatkan penyertaan modal negara (PMN).
"Kondisi BUMN karya saat ini cukup memprihatinkan terutama akibat kombinasi dari dua hal. Pertama, karena ada tekanan pandemi Covid-19 yang berdampak pada kontrak baru dan penjualan," ujar Wamen BUMN yang akrab disapa Tiko seperti dilansir dari Antara, Jumat (9/7/2021).
Tiko mengatakan faktor kedua adalah penugasan yang sangat berat selama ini dan tidak didukung oleh PMN yang memadai.
"Seperti kita ketahui pada tahun 2017-2019 memang hampir tidak ada PMN yang diberikan kepada BUMN-BUMN karya yang menanggung proyek strategis nasional," katanya.
Baca juga: Saat Negara Keluar Uang Lebih Banyak untuk BUMN Dibanding Pemasukan
Mantan Dirut Bank Mandiri itu mengungkapkan kondisi sejumlah BUMN karya yang cukup memprihatinkan akibat kedua faktor tersebut, sehingga membutuhkan PMN pada tahun depan.
Pertama adalah Perumnas yang saat ini kondisinya mengalami penurunan pendapatan yang signifikan karena penjualan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah mengalami perlambatan.
Sementara inventori Perumnas besar sehingga dengan kondisi inventori yang besar itu rasio utangnya meningkat tajam dan Kementerian BUMN sedang melakukan restrukturisasi.
"Namun untuk memastikan neraca maupun kekuatan ekuitasnya memadai kita menginginkan ada tambahan PMN untuk memastikan penugasan Perumnas dalam membangun rumah bagi MBR bisa dilanjutkan secara sustainable," ujar Tiko.
Baca juga: Erick Thohir Minta 12 BUMN Disuntik APBN Rp 72 Triliun, Ini Daftarnya
BUMN Karya kedua adalah Waskita Karya di mana dulu Waskita ditugaskan untuk mengambil alih tol-tol milik swasta yang tidak berkelanjutan untuk diselesaikan.
Hal itu berjalan dari 2015 sampai dengan 2016 dan selama tiga tahun terakhir mereka menyelesaikan proyek-proyek ini mulai dari yang di Jawa seperti tol Solo-Ngawi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.