Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Peluang dan Tantangan dari Rencana IPO Bukalapak dan GoTo

Kompas.com - 09/07/2021, 08:33 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Dua perusahaan teknologi tanah air, Bukalapak dan Goto berencana listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sebagai bagian dari Grup Emtek, PT Bukalapak.com menargetkan menarik dana lebih dari 1 miliar dollar AS dalam penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Sementara GoTo yang merupakan perusahaan hasil merger antara Gojek dan Tokopedia, lebih dulu merencanakan untuk IPO dan saat ini tengah mengumpulkan 2 miliar dollar AS dalam untuk pendanaan pra-IPO.

Baca juga: Investor Asing Kuasai 86,37 Persen Saham GoTo

Head of Investment information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM menilai munculnya rencana IPO dari dua perusahaan teknologi memang dinanti bagi para investor.

Namun, perlu diketahui, kinerja keuangan di sektor teknologi masih negatif saat ini.

“Dari rencana IP dua perusahaan besar Bukalapak dan GoTo ini memang memunculkan minat besar dari retail terutama. Tapi kita masih lihat data mengenai harga IPO dan kemudian kita kalau melihat dari kinerja keuangans saham-saham di sektor teknologi itu sebetulnya banyak emiten yang msh mencatatkan kinerja negatif,” kata Roger secara virtual, Kamis (8/7/2021).

Sebelumnya, berdasarkan laporan keuangan 2020, Bukalapak masih mencatatkan kerugian Rp 1,34 triliun.

Walau begitu, kerugian tersebut tercatat turun 51,75 persen dari kerugian di tahun 2019 sebesar Rp 2,79 triliun.

Baca juga: Rencana IPO GoTo Dorong Pasar Modal Kembali Bergairah

Sementara pendapatan bersih Bukalapak di tahun 2020 sebesar Rp 1,35 triliun, atau naik 25,56 persen dibanding tahun sebelumnya Rp 1,07 triliun.

“Kalau dari kinerjanya, Bukalapak sudah mencatatkan kerugian. Itu yang menjadi pertimbangan dalam hal sisi harga, atau akan dijual dengan harga mahal saat nanti di IPO? Dan apakah akan terjangkau oleh investor retail? Dan juga apakah akan bisa diserap oleh retail?” jelas Roger.

Roger menambahkan, di sektor teknologi, beberapa emiten juga sudah terlihat mahal. Nulan Juni lalu, terjadi kenaikan dua kali lipat dibandingkan Mei.

Sementara itu, Nafan Aji yang juga analis Mirae Asset menilai untuk masuk di papan pengembangan utama, perusahaan teknologi ini tentunya juga harus menunggu pembaruan regulasi.

“Selama ini kan, jika ingin masuk ke papan pengembangan utama memang harus membutuhkan kinerja fundamental yang memadai. Di sisi lain, intangible asset juga harus ada. Sehingga peraturan tsb perlu diubah, supaya IPO GoTo dan Bukalapak bisa masuk ke papan utama,” kata Nafan.

Baca juga: Astra Pegang Kepemilikan di Induk Perusahaan GoTo, Ini Nilainya

Nafan juga menilai, potensi IPO untuk perusahaan teknologi sekelas Unicorn sangat besar.

Hal ini karena sektor tersebut memiliki kapabiliti untuk berkolaborasi dengan sektor konseumer maupun jasa.

“Jadi dengan adanya penggabungan database dari nasabah kemudian ada tren dari new ekonomi yang semakin menguat, kedepannya jika hal itu terjadi (IPO), semestinya nilai kapitalisasinya juga akan naik signifikan. Sambil juga investor mencermati dinamika,” jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com