Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19 Hancurkan 22 Juta Pekerjaan di Negara Kaya

Kompas.com - 09/07/2021, 11:17 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Laporan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development) mengungkapkan, pandemi Covid-19 telah menghancurkan 22 juta pekerjaan di negara-negara kaya.

Organisasi yang berbasis di Paris ini mengingatkan munculnya risiko peningkatan angka pengangguran jangka panjang akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan laporan itu, pekerjaan di negara-negara OECD diperkirakan tidak akan pulih ke tingkat pra-pandemi sebelum 2023.

Baca juga: Dua Pertiga Pekerjaan RI Berkualitas Rendah, Menko Airlangga: Isu Utamanya SDM Digital

"Pemulihan ekonomi yang kuat yang sedang berlangsung di negara-negara OECD, belum sepenuhnya diterjemahkan ke dalam pekerjaan baru yang cukup untuk mengembalikan tingkat pekerjaan ke tingkat pra-pandemi di sebagian besar ekonomi anggota," tulis laporan itu, sebagaimana dikutip CNN, Jumat (9/7/2021).

Laporan memperkirakan, pandemi telah membengkakkan peringkat pengangguran di negara-negara OECD dengan total lebih dari 8 juta pada tahun 2020.

Sebanyak 14 juta orang lainnya tidak aktif mencari pekerjaan.

Kemudian, pada akhir 2020, jumlah orang yang menganggur melonjak sebesar 60 persen di atas tingkat pra-pandemi.

Angka tersebut terus tumbuh pada kuartal I tahun 2021 dan secara tidak proporsional mempengaruhi kelompok yang sudah rentan.

Baca juga: Bank Dunia Sebut Dua Pertiga Pekerjaan di Indonesia Berkualitas Rendah

Studi ini dilakukan di tengah lonjakan perekrutan di beberapa negara ekonomi utama, saat bisnis harus menaikkan upah untuk memerangi kekurangan pekerja.

Di Inggris salah satunya, laporan IHS Markit menunjukkan kenaikan gaji awal mencapai yang tertinggi dalam 7 tahun terakhir.

Anak muda paling terhantam

Menurut laporan yang sama, kaum muda dan individu berpenghasilan rendah menjadi pihak yang paling terpukul oleh pandemi.

Pada tahun 2020, jam kerja pada pekerja bergaji rendah turun lebih dari 28 persen di seluruh negara maju, atau 18 poin lebih besar dari penurunan yang terjadi pada pekerjaan bergaji tinggi.

Jumlah anak muda yang tidak bekerja meningkat hampir 3 juta, membalikkan tren dalam satu dekade terakhir.

Sebetulnya, tingkat pengangguran di negara OECD telah turun dari 8,8 persen pada April 2020 menjadi 6,6 persen pada Mei 2021.

Baca juga: Cara Tepat Membatalkan Pekerjaan yang Sudah Telanjur Diterima

Tapi, posisi itu tetap 1,3 poin lebih tinggi dibanding bulan Februari 2020.

Dari negara-negara OECD, Amerika Serikat mencatat pemulihan yang paling mencolok dalam penciptaan pekerjaan saat pandemi Covid-19, dengan tingkat pengangguran turun dari puncaknya mendekati 15 persen pada puncak pandemi menjadi 5,9 persen bulan lalu.

Laporan itu lantas menyarankan, pemerintah harus melatih pekerja agar mampu bekerja di industri hijau dan digital, sambil mengarahkan dukungan pekerjaan ke sektor-sektor yang masih sangat terpengaruh oleh jarak sosial.

Dukungan tersebut perlu diarahkan dari waktu ke waktu. Sebab, penarikan dukungan fiskal terlalu cepat akan berisiko membahayakan pemulihan.

"Di sisi lain, mempertahankan dukungan menyeluruh terlalu lama juga akan berisiko membahayakan kekuatan dan kualitas pemulihan jangka panjang. Itu memperlambat realokasi yang diperlukan dari modal dan tenaga kerja di seluruh perekonomian," kata Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Whats New
Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com