Leontinus Alpha Edison memiliki 26.389 saham GoTo dengan estimasi nilai penyertaan sebanyak Rp 5,22 miliar. Nilai aset dia naik 364 kali menjadi Rp 1,90 triliun. Saat ini Leontinus menjabat sebagai Komisaris Tokopedia.
Andre Soelistyo memiliki 3.357 saham GoTo dengan estimasi nilai penyertaan sebesar Rp 24,23 miliar. Nilai aset CEO Group GoTo tersebut tumbuh 10 kali lipat menjadi Rp 242,37 miliar.
Kevin Bryan Aluwi memiliki 205 saham GoTo dengan estimasi nilai penyertaan sebesar Rp 1,48 miliar. Sosok yang kini menjabat sebagai CEO Gojek ini memiliki nilai aset sebanyak 14,80 miliar atau melesat 10 kali lipat.
Baca juga: Investor Asing Kuasai 86,37 Persen Saham GoTo
Pengamat Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward berpendapat, para pendiri start up digital memandang bahwa perusahaan yang diinvestasikannya memiliki prospek yang menjanjikan di masa mendatang, bukan semata sebagai aset investasi saja.
Wajar saja, ekosistem ekonomi digital yang terus tumbuh membuat banyak investor dari berbagai kalangan berlomba-lomba berinvestasi ke start up digital yang fokus pada sektor tersebut.
“Untuk perusahaan digital tak hanya bisa dilihat dari segi aset investasi. Nilai terbesarnya justru knowledge perusahaan tersebut di bidangnya,” ungkap dia, Minggu (11/7/2021).
Ian menilai, di masa mendatang pasti akan muncul kembali orang-orang kaya baru yang besar dari perusahaan start up digital. Kembali lagi, hal ini seiring dengan ekosistem ekonomi digital yang semakin digandrungi banyak kalangan.
Para miliarder muda ini juga berkesempatan menyaingi para konglomerat lama yang besar dari bisnis non-digital. Namun, hal itu bergantung dari sejumlah faktor. Salah satu faktor yang membuat posisi orang kaya lama tetap eksis adalah mereka memiliki diversifikasi bisnis yang luas, termasuk ke perusahaan digital.
“Konglomerat lama ikut menikmati keberadaan perusahaan digital yang sedang menanjak sebagai salah satu pemilik sahamnya,” ujar Ian.
Baca juga: Menilik Peluang dan Tantangan dari Rencana IPO Bukalapak dan GoTo
Di samping itu, tidak dapat dimungkiri bahwa perusahaan digital pun masih cukup bergantung pada pendanaan ataupun kolaborasi bisnis dengan para konglomerat lama. Dalam hal ini, ekosistem bisnis yang dibangun perusahaan digital tetap harus melibatkan peran konglomerat lama yang beberapa di antaranya punya jangkauan bisnis lebih luas.
Ian juga menyoroti prospek persaingan perusahaan digital ketika Bukalapak dan GoTo berhasil IPO di bursa saham. Menurutnya, ekosistem ekonomi digital pada akhirnya tak hanya terkonglomerasi pada perusahaan-perusahaan seperti itu.
Perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh konglomerat lama pun tentu tidak akan tinggal diam, apalagi jika mereka memiliki amunisi yang lebih lengkap seperti infrastruktur telekomunikasi dan manufaktur, hingga distribusi dan pusat data. (Dimas Andi)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Mengulik prospek miliarder baru yang tumbuh dari bisnis start up digital
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.