Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebutuhan Oksigen Tinggi, Luhut: Tidak Pernah Dibayangkan Sebelumnya...

Kompas.com - 15/07/2021, 13:01 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

Ia bilang, kondisi lonjakan akibat virus corona varian Delta tersebut merupakan sesuatu yang tidak terduga bagi pemerintah.

"Pemenuhan kapasitas oksigen seperti ini, tidak pernah kita bayangkan bahwa kita akan menghadapi seperti ini, dan tidak ada (negara) di dunia pun yang pernah menduga," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (15/7/2021).

Baca juga: Sah, Sri Mulyani Bebaskan Pajak Impor Oksigen hingga Ventilator

Dia menjelaskan, untuk mengatasi kekurangan pasokan oksigen, pemerintah telah memaksimalkan cadangan oksigen guna didistribusikan secara merata ke seluruh Indonesia.

Hal itu dilakukan dengan merelokasi produksi oksigen dalam negeri menjadi 90 persen-100 persen difokuskan untuk medis, dari sebelumnya 20 persen industri dan 80 persen medis.

Kemudian dilakukan alih guna ISO Tank industri untuk menampung kebutuhan oksigen cair bagi rumah sakit. Luhut bilang, ISO Tank menjadi isu yang penting saat ini karena jumlahnya yang memang terbatas di dunia.

"Jadi kita bergulat mengenai ISO Tank, kita mobilisasi semua ISO Tank yang ada di Indonesia, dan sekarang kita mulai minta ke Singapura, tapi itu pun tidak punya cukup. Kemudian juga (minta bantuan) ke negara lain seperti Abu Dhabi (Uni Emirat Arab) dan China," ungkap dia.

Upaya lainnya, lanjut Luhut, pemerintah tengah mengaktifkan kembali pabrik oksigen yang sudah mati di Cilegon, Banten, sehingga bisa memproduksi oksigen mencapai 100 ton.

Selain itu, pemerintah mencari pasokan dari industri non produsen oksigen untuk akhirnya stok yang ada bisa dialihkan buat keperluan medis. Lalu, dilakukan pula impor oksigen, serta mendapat bantuan internasional.

Baca juga: Pemerintah Akan Pinjamkan Oksigen Konsentrator ke Pasien Covid-19 Isolasi Mandiri

Sebagai informasi, pemerintah memang sudah memproses impor 50.000 oksigen konsentrator dari berbagai negara. Di antaranya dari Singapura sebanyak 10.000 oksigen konsentrator.

Pemerintah juga tengah memproses impor 40.000 ton oksigen liquid. Kebutuhan oksigen Indonesia saat ini memang tak sebanyak itu, tetapi ini dilakukan untuk mengamankan pasokan guna mengindari kelangkaan.

"Jadi kita ambil oksigen konsentrator mengurangi konsumsi oksigen liquid (cair)," kata Luhut.

Berikut rincian kebutuhan dan produksi oksigen harian per provinsi:

  • DKI Jakarta: kebutuhan 524 ton per hari, sementara produksi 101 ton per hari.
  • Jawa Barat: kebutuhan 478 ton per hari, sementara produksi 189 ton per hari.
  • Jawa Tengah: kebutuhan 390 ton per hari, sementara produksi 63 ton per hari.
  • DI Yogyakarta kebutuhan 56 ton per hari, sementara produksi tidak ada.
  • Jawa Timur: kebutuhan 407 ton per hari, sementara produksi 492 ton per hari.
  • Banten: kebutuhan 130 ton per hari, sementara produksi 643 ton per hari.
  • Bali: kebutuhan 48 ton per hari, sementara produksi tidak ada.

Baca juga: Erick Thohir Minta Krakatau Steel Tingkatkan bantuan Oksigen Medis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com