Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AM Lilik Agung
Trainer bisnis

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

Puan di Baliho, Ganjar di Media Sosial

Kompas.com - 20/07/2021, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


KAWASAN Shinjuku, Tokyo Jepang. Pusat perbelanjaan yang selalu ramai didatangi turis dari berbagai penjuru dunia.

Shinjuku-dori street yang terletak di bagian timur menjajakan barang-barang bermerek mewah. Terdapat juga department store asli dari Jepang; Isetan, Keio, Takasimaya.

Sementara di bagian selatan, berjejer toko-toko yang menawarkan fashion terkini dengan harga terjangkau untuk pembeli berkantong tipis. Pada lantai dasar pusat perbelanjaan malah tersedia gerai yang disukai kaum perempuan, tawar-menawar.

Ada praktik pemasaran menarik dikawasan Shinjuku. Para penjaga gerai toko sering keluar dari tokonya untuk menyebarkan brosur cetak.

Ada bahkan karyawan yang pekerjaannya khusus menyebarkan brosur atau mengangkat pamflet yang diacung-acungkan ke udara ditengah kerumunan manusia.

Cara memasarkan model konvensional masih berlangsung dengan marak di Shinjuku dan berbagai pusat perbelanjaan lainnya di Tokyo.

Tokyo adalah kota super modern. Hampir semua sektor kehidupan dikawal oleh teknologi terbarukan (digital). Namun tetap saja cara konvensional memasarkan dijadikan strategi pengelola toko untuk menarik konsumen.

Menawarkan brosur ke konsumen atau mengacung-acungkan pamflet ditengah kerumunan, merupakan nikmat manusiawi.

Memang dapat digantikan oleh robot cerdas. Namun esensinya tetap tidak tergantikan. Tangan manusia menawarkan brosur yang memiliki emosi.

Suara manusia ditengah kerumunan yang memiliki spirit. Itulah harta manusia yang tiada tergantikan.

Baliho

Ketika pandemi menerjang Indonesia dan muncul berbagai pembatasan yang tiada diketahui kapan berakhir, diramalkan dunia periklanan akan tiarap.

Ternyata ramalan itu hanya sebatas mitos. Justru selama 2020 belanja iklan nasional melejit sebesar Rp 229 triliun naik 26 persen dibanding 2019 yang meraup Rp 182 triliun.

Benar bahwa penempatan iklan untuk media digital (semua platform) naik tajam empat kali lipat selama 2020 dibanding 2019 (Nielsen, 22/4/2021).

 

Baliho dengan foto Puan Maharani dipasang di halaman Gedung Kesenian Kota Blitar dimana berlangsung Rakerda DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Senin (21/6/2021)KOMPAS.COM/ASIP HASANI Baliho dengan foto Puan Maharani dipasang di halaman Gedung Kesenian Kota Blitar dimana berlangsung Rakerda DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Senin (21/6/2021)

Namun tetap saja pemasang iklan mengalokasikan dananya untuk media lain. Ada beberapa karakteristik dari media non digital yang memang tidak bisa seluruhnya digantikan oleh digital.

Secara keseluruhan televisi tetap menjadi raja dalam meraup iklan, yaitu sebesar 70 persen dari total belanja iklan. Ada kenaikan 20 persen dibanding 2019, walaupun secara prosentase penguasaan televisi turun, karena biasanya diatas 80 persen.

Menjadi menarik bila menelisik dari daya jangkau (penetrasi) iklan terhadap konsumen. Disebut oleh Nielsen daya jangkau iklan paling tinggi adalah televisi (90 persen), dibelakangnya digital (65 persen) dan juara nomer tiga adalah media luar ruang (54 persen).

Sekali lagi mitos terpatahkan bahwa pandemi akan membuat daya jangkau media luar terjerembab. Media luar ruang yang diwakili oleh billboard (baliho), spanduk, neon box, video tron dan poster tetap memberi dampak signifikan untuk beriklan.

Lima besar sektor paling gede menggelontorkan dana di media luar ruang adalah e-dagang, pemerintah dan partai politik, rokok, properti dan produk perawatan diri.

Dari partai politik, ada yang menampilkan nama partai bersangkutan dengan berbagai isu yang ditawarkan.

Ada pula yang mengusung tokoh partai. Tokoh partai yang pekan-pekan terakhir rajin memasarkan diri lewat baliho adalah Puan Maharani.

Dari berbagai baliho yang bertebaran di jalan-jalan, sosok Puan kadang ditampilkan sebagai Ketua DPR. Kadang muncul sebagai tokoh teras partai politik.

Sebagai orang yang sudah dikenal masyarakat, mengapa Puan masih perlu memasarkan diri? Mengapa pula yang dipilih adalah baliho? (Walaupun Puan sesekali beriklan di media cetak).

Produk-produk terkenal dan selama puluhan tahun menguasai pasar seperti Pepsodent, kopi Kapal Api, Indomie, biskuit Khong Guan dan Torabika capucino, tetap rajin beriklan.

Bahkan anggaran iklan produk penguasa pasar ini rata-rata paling tinggi dibanding pesaingnya. Tujuannya agar tetap dikenal dan dekat dengan konsumennya sekaligus menghadang para pesaing yang mencoba menggerogoti pasarnya.

Setali tiga uang dengan strategi beriklan yang dilakukan Puan Maharani. Tujuannya tak lain ingin semakin mendekatkan diri, secara khusus kepada pemilihnya karena dia anggota DPR yang dipilih langsung oleh konstituennya. Secara umum kepada seluruh rakyat Indonesia karena dia ketua DPR.

Foto Puan memakai masker, ingin menunjukkan bahwa sebagai ketua DPR ia memberi contoh dalam menghadapi pandemi.

Media beriklan melalui baliho yang dipilih Puan juga bukan tanpa alasan. Ada ribuan hingga ratusan ribu pengendara kendaraan yang melintas pada jalan raya yang terpasang baliho Puan.

Mau tidak mau pengguna kendaraan itu akan melihat sosok Puan yang terpampang dalam baliho. Cara konvensional ini terbukti efektif karena memiliki daya jangkau (penetrasi) sebesar 54 persen terhadap isi kepala orang-orang melewati baliho tersebut.

 

Gubernur Jawa Tengah Ganjar PranowoKOMPAS.com/pemprov jateng Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo

Media sosial

Berbeda dengan strategi pemasaran yang dilakukan Puan, Ganjar Pranowo memilih memasarkan diri melalui media sosial.

Sampai awal 2021, pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia 274,9 juta jiwa, artinya ada 73,7 persen orang Indonesia yang terhubung dengan internet. (Kompas.com, 23/02/2021). Jumlah yang menggiurkan bagi pemasar untuk menawarkan produknya melalui kanal digital (internet).

Melalui berbagai platform digital, Ganjar rajin mengunggah aneka kegiatan yang dilakukan sebagai gubernur Jawa Tengah.

Ujungnya berbuah manis. Dibanding gubernur lain di Indonesia, Ganjar menjadi jawara untuk kanal Youtube dengan jumlah pengikut satu juta dua ribu orang. Jumlah unggahan Ganjar juga terbanyak, 912 video sampai tulisan ini dibuat (19/7/2021).

Untuk kanal instagram, Ganjar menduduki tempat ketiga (3,459 juta pengikut) dengan jawaranya Ridwan Kamil yang memiliki 13,817 juta pengikut.

Walaupun bukan yang terbanyak, Ganjar bisa mengoptimalkan instagramnya untuk membantu UMKM bangkit selama pandemi.

Tagar #LapakGanjar digunakan oleh para UMKM Jawa Tengah untuk menjajakan produknya dan sebagian besar sukses. (Majalah SWA, 23/09/2020).

Beriklan melalui digital memang memiliki banyak keunggulan. Pertama, biaya murah sehingga memungkinkan setiap orang dapat beriklan melalui salah satu platform digital.

Kedua, ketepatan pasar sasaran. Kecerdasan buatan mampu menganalisis kebiasaan pengguna digital sehingga produk yang diiklankan langsung tepat pada sasarannya.

Ketiga, pengukurannya jelas. Berapa jumlah konsumen yang mampir pada konten yang diiklankan, terhitung dengan jelas.

Berbagai keunggulan beriklan pada platform digital ini tetap bukan tanpa kelemahan. Salah satu kelemahan tersebut, riuh rendah.

Setiap orang yang membuka berbagai platform digital, ia tidak hanya dijejali oleh satu-dua iklan, namun banyak sekali iklan yang datangnya bertubi-tubi tiada bisa dicegah. Hadir bergantian meneror otak manusia.

Sementara durasi konsentrasi manusia pada dunia digital semakin memendek, tak lebih dari delapan detik.

Kawasan perbelanjaan Shinjuku Tokyo menggunakan cara tradisional membagi brosur atau mengangkat pamflet untuk menggaet konsumennya.

Puan Maharani dengan strategi konvensional melalui cara memasang baliho pada pengkolan-pengkolan jalan besar. Pada era serba digital ini tetap saja cara-cara lama memperoleh tempat terhormat.

Digital dan non digital saling melengkapi. Kecerdasan buatan dan sentuhan kemanusiaan berdampingan. Dunia memang indah adanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com