Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN HUMANIORA KOMPASIANA] Konflik Menantu Perempuan dan Ibu Mertua | Memeluk Diri Sendiri | Dukungan Nyata agar Cepat Sembuh

Kompas.com - 21/07/2021, 14:43 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Hubungan antara menantu dan mertua memang selalu menarik untuk dibahas. Selalu ada sisi lain yang bisa dilihat daripada sekadar lelucon tentang itu.

Barangkali rumit jika dibayangkan, tapi hubungan manantu dan mertua ini akan terus tumbuh seiring berjalannya waktu dan usia perkawinan.

Bila pernikahan adalah wujud kemurniaan cinta diantara dua pasangan, tetapi harap diingat, bahwa dua orang yang menikah adalah bagian dari dua keluarga yang berbeda.

Permasalahan juga bisa timbul kapan saja, akan tetapi keharmonisan adalah sesuatu yang dicari dan dituju. Bijak dalam menyelesaikan konflik bisa jadi itulah jalannya.

1. Menantu Perempuan Konflik dengan Ibu Mertua, Kok Bisa?

Ada banyak deskripsi yang digunakan oleh menantu perempuan dalam mengungkapkan kondisi hubungan mereka dengan ibu mertua.

Akan tetapi, tulis Kompasianer Cahyadi Takariawan, yang sangat banyak muncul adalah "tegang", "tidak nyaman", "menjengkelkan", "menyedihkan", "menguras tenaga", dan "sangat mengerikan".

Lantas, bagaimana menyelesaikan konflik menantu dengan mertua?

"Prinsipnya adalah hadapi bersama pasangan. Masalah apapun dalam rumah tangga, yang bermula dari intervensi orangtua atau mertua, pasangan suami istri harus menjadi tim yang kompak," tulis Kompasianer Cahyadi Takariawan.

Saat menemukan istrinya konflik dengan ibu kandung, lanjutnya, seorang suami tidak patut menyalahkan sang istri. (Baca selengkapnya)

2. Lelah Jalani Hidup? Cobalah Peluk Diri Kita Sendiri

Sering kali saat merasa lelah akan kehidupan yang dijalani, butuh dukungan dari orang lain untuk menguatkan dan memberikan semangat.

Mendapat peluk dari orang lain, misalnya, itu terkadang mampu untuk menghibur orang yang sedang mengalami kesulitan. Tapi, bagaimana kita bisa mendapat itu ketika sedang dalam kondisi pandemi ini?

Kompasianer Harry Dethan menawarkan sebuah cara lain: memeluk diri sendiri.

Memang terkesan cukup aneh, tapi menurut Kompasianer Harry Dethan bisa berdampak baik dalam membantu meringankan beban yang dialami oleh diri sendiri.

"Pertama, memberikan rasa aman dan nyaman seperti pelukan tulus yang kita terima dari orang lain, memeluk diri sendiri juga tentunya bisa membuat kita merasa lebih baik," tulisnya, mencontohkan cara untuk memeluk diri sendiri itu. (Baca selengkapnya)

3. "Dare to Support", Ciptakan Dukungan Nyata untuk Mereka yang Terinfeksi Covid-19

Kini masyarakat mulai diresahkan kembali dengan meningkatnya kasus penderita Covid-19 di Jawa dan Bali.

Social Support atau dukungan sosial dirasa sangat dibutuhkan oleh mereka yang kini tengah terjangkit virus mematikan tersebut.

Dare to support, tulis Kompasianer Indra Mahardika menjadi istilah yang digunakan untuk mengajak masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kepedulian dan empati pada sesama yang tengah berjuang untuk sembuh.

"Dukungan positif yang bisa dilakukan meski dalam perkara kecil misalkan memberikan pesan singkat bahwa dirinya pasti bisa melalui kondisi ini," tulisnya

Memberikan doa agar orang yang terkena Covid-19 bisa lekas sembuh.

Dukungan sederhana seperti ini, lanjutnya, bisa membuat si penderita menjadi lebih tenang dan semangat untuk lekas sembuh. (Baca selengkapnya)

***

Simak beragam konten menarik lainnya seputar Bahasa, Edukas, Filsafat hingga Sosbud di Kompasiana lewat kategori Humaniora.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com