Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN LYFE KOMPASIANA] Mencari Bos Idaman hingga Kisah LDR Jakarta-New York

Kompas.com - 21/07/2021, 16:55 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Mana yang lebih sulit dicari cerita dari karyawan: bos yang menyebalkan atau bos idaman?

Barangkali pilihan yang pertama yang mudah dicari, bukan? Akan tetapi, benarkah sulit mendapat --atau, menjadi-- bos idaman karyawan?

Memang tidak ada ukuran pasti agar bisa menjadi bos idaman, tetapi kita bisa melihat itu dari bagaimana profesionalitas seorang bos ketika memimpin anak buah.

Tetapi ada beberapa sikap dan sifat yang dimiliki seorang bos yang kerap ditemukan dalam bos idaman para karyawan. Sikap dan sifat kepemimpinan biasanya dibutuhkan dan ditemukan.

1. Kamu Harus Punya 4 Kualitas Ini jika Mau Jadi Bos yang Baik

Kompasianer Andesna Nanda percaya bahwa kapasitas menjadi bos yang baik itu bisa dibentuk dengan berbagai macam fasilitas dan teknologi yang ada sekarang.

Alasannya, ketika kita memutuskan untuk mengembangkan diri maka di saat itu juga sebenarnya kita telah memutuskan untuk berkembang dan siap ketika kesempatan menjadi bos itu datang.

Seorang manajer profesional, misalnya, ia adalah aset yang tak ternilai bagi perusahaan. Pekerjaan utamanya adalah sebagai bos mengarahkan tim dan mengoordinasikan berbagai aktivitas perusahaan.

Oleh karena itu, Kompasianer Andesna Nanda mengklasifikasi bos yang baik itu pasti punya kualitas intelektual.

"Saya bisa mengatakan bahwa dengan kualitas intelektual yang luas dan bagus, seorang bos akan lebih bisa mengambil keputusan-keputusan dalam spektrum yang lebih masuk akal," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. Brain Fog dan Pentingnya Coaching Menggunakan i-GROW

Brain fog atau kabut otak adalah suatu kondisi seseorang merasa sulit untuk dapat berkonsentrasi dan tidak dapat fokus dalam memikirkan sesuatu.

Brain fog dapat muncul sesekali saja dan kembali bisa berpikir dengan normal.

Tapi, menurut Kompasianer Kris Banarto, dalam kasus-kasus tertentu brain fog dapat muncul lebih sering yang akan mengganggu aktivitas dan kehidupannya.

Lalu, bagaimanakah caranya mengatasi brain fog? Hal ini dianggap penting karena brain fog akan mengganggu dalam pengambilan keputusan.

"Ada orang yang dapat merancang tujuan dan rencana tindakan seorang diri, namun tidak sedikit yang dapat melakukannya," tulis Kompasianer Kris Banarto.

Pada tahap itulah diperlukan orang lain untuk membantu, dalam hal ini seorang coach. (Baca selengkapnya)

3. LDR Jakarta-New York Plus Tragedi Menara Kembar

Kompasianer Dian S. Hendroyono menceritakan pengalamannya yang pernah menjalani hubungan jarak jauh: Jakarta-New York.

"Dimulai pada 2000, secara tak sengaja kami bertemu di salah satu chatroom. Sejak itu, kami pun bicara secara pribadi. Long distance relationship paling berkesan yang pernah saya alami," tulisnya.

Pagi di Jakarta, berarti malam di New York.

Sayangnya, cara mereka komunikasi ketika itu baru bisa Komapsianer Dian S. Hendroyono lakukan ketika sudah sampai kantor. Dulu untuk bisa berkomunikasi jarak jauh itu mahal.

Akan tetapi, hubungan mereka malah jadi semakin renggang. Terasa berat bagi Kompasianer Dian S. Hendroyono ketika itu untuk pindah ke New York, meninggalkan Jakarta. (Baca selengkapnya)

***

Simak konten menarik lainnya di Kompasiana lewat kategori Lyfe.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com