Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hampir Sebulan Meninggal, Jenazah WNI ABK Kapal China Akhirnya Dipulangkan

Kompas.com - 22/07/2021, 10:57 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis

”Sudah dua tahun Riki bekerja di kapal itu, tetapi tidak bisa memberi kabar apa pun karena tidak ada sarana komunikasi. Tiba-tiba kami mendapat kabar dari perusahaan dia sudah meninggal,” kata Yusna Samosir, kakak kandung Riki di Pematang Siantar, saat dihubungi dari Medan, Jumat (16/7/2021).

Awalnya perusahaan meminta agar jenazah Riki dilarung. Namun, karena keluarga tidak setuju, perusahaan sepakat akan memulangkan jenazah Riki melalui Kota Batam, Kepulauan Riau.

Yusna menuturkan, keluarga pertama kali mendapat informasi Riki telah meninggal pada Selasa (29/6/2021) dari perwakilan perusahaan, Jhony Albert Situmeang.

Awalnya, Jhony memberitahukan lewat telepon. Lalu ia menjelaskan kronologi mulai dari Riki sakit, penanganan yang telah dilakukan di kapal, hingga akhirnya meninggal. Ia juga mengirimkan foto-foto jenazah Riki lewat aplikasi pesan Whatsapp.

Melalui pesan itu, Jhony menjelaskan, Riki mulai sakit pada 21 Juni dengan gejala antara lain demam, sakit di dada, bengkak pada kedua kaki. Riki kemudian dikirim dari Kapal Taihong 6 menuju kapal Taixiang 11 agar dibawa ke darat untuk perawatan medis.

Kondisi Riki menurun pada Senin (28/6/2021). Ia disebut tidak bisa buang air kecil, sesak napas, dan akhirnya meninggal.

”Perwakilan perusahaan sempat menyebut kapal mereka sudah berada di Somalia lalu di Afrika. Namun, kemarin mereka menyebut sedang di perairan Singapura,” kata Yusna.

Perwakilan perusahaan menyebut mereka tidak bisa bersandar di Singapura karena pandemi Covid-19. Mereka juga tidak mau bersandar di Batam karena risiko Covid-19. Mereka pun sepakat agar jenazah Riki dijemput kapal Indonesia di perairan Batam.

Baca juga: Kemenhub Sulap Kapal Pelni Jadi Tempat Isolasi Apung

Yusna mengatakan, Riki berangkat dari Pematang Siantar ke Jakarta pada Juni 2019 karena ada tawaran bekerja di kapal. Perusahaan penyalur tenaga kerja pertama yang merekrutnya pun tidak memberi kejelasan sehingga ia berganti perusahaan.

Setelah beberapa bulan di Jakarta dan mengikuti pelatihan, ia menelepon keluarga pada Oktober 2019 dan memberitahukan akan bekerja di kapal China.

“Itu komunikasi kami terakhir. Dia tidak bisa dihubungi lagi sampai akhirnya kami mendapat informasi dia meninggal. Saat ibu kami meninggal, kami juga tidak bisa memberitahunya,” kata Yusna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com