Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor China yang Melmbat Tekan Harga Minyak Global

Kompas.com - 26/07/2021, 17:46 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak turun 1 dollar AS per barel pada perdagangan awal pekan ini karena kekhawatiran tentang melemahnya permintaan bahan bakar yang disebabkan oleh penyebaran varian Covid-19 serta perubahan aturan impor di China.

Senin (26/7/2021) pukul 16.15 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman September 2021 turun 97 sen dollar AS atau 1,3 persen menjadi 73,13 dollar AS per barel.

Sementara itu, harga minyak mentah jenis Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2021 berada di 71 dollar AS per barel setelah turun 1,07 dollar AS per barel.

Baca juga: Harga Minyak Jatuh karena Kesepakatan OPEC+ dan Kekhawatiran terhadap Covid-19

Kasus virus corona terus meningkat selama akhir pekan dengan beberapa negara melaporkan rekor kenaikan harian dan memperpanjang tindakan penguncian yang dapat memperlambat permintaan minyak.

China, yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia, juga mengalami peningkatan kasus Covid-19.

Selain itu, tindakan keras Beijing terhadap penyalahgunaan kuota impor yang dikombinasikan dengan dampak dari harga minyak mentah yang tinggi dapat membuat pertumbuhan impor minyak China merosot ke level paling lambat dalam dua dekade tahun ini.

Walau pun di satu sisi, tingkat penyulingan di Negeri Tirai Bambu diperkirakan meningkat pada paruh kedua.

"Varian delta masih menyebar dan China sudah mulai menekan sehingga pertumbuhan impor mereka tidak akan sebesar itu," kata Avtar Sandu, Senior Commodities Manager Phillips Futures di Singapura, sebagaimana dikutip dari Reuters via Kontan.co.id, merujuk pada penyulingan independen.

Permintaan Amerika Serikat (AS) yang kuat dan ekspektasi pasokan yang ketat telah membantu kedua kontrak minyak acuan ini pulih dari penurunan 7 persen pada Senin (18/7) lalu untuk menandai kenaikan pertama mereka dalam 2-3 minggu di pekan lalu.

Baca juga: Lampaui Indonesia, Malaysia menjadi Pemasok Minyak Sawit Utama India

Pasar minyak global diperkirakan akan tetap defisit meskipun ada keputusan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk meningkatkan produksi sepanjang sisa tahun ini.

Aksi jual Senin sebelumnya juga terjadi setelah sebuah laporan oleh Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) yang menunjukkan manajer uang memangkas posisi net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam seminggu hingga 20 Juli.

"Pasar minyak harus terus mengalami defisit yang signifikan dalam hal penawaran versus permintaan," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

"Sebanyak ini akan menjaga harga di bawah harga, itu tidak berarti bahwa mereka akan reli kuat dari level saat ini. Ini karena kekhawatiran permintaan yang dipicu pandemi belum sepenuhnya kehilangan cengkeraman mereka pada sentimen pasar," pungkas Brennock.

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Harga minyak ambles US$ 1 per barel, impor China yang melambat jadi pemberat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com