Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPPT Jalankan "Pilot Plan" untuk Bantu Kembangan Energi Baru Terbarukan di RI

Kompas.com - 27/07/2021, 15:06 WIB
Elsa Catriana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus melakukan pengembangan teknologi Energi Baru Terbarukan (EBT).

Apalagi saat ini, kebutuhan energi Indonesia terus meningkat hingga saat ini, sementara penyediaannya masih didominasi oleh energi fosil.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, pengembangan EBT ini tidak bisa berjalan sendiri-sendiri melainkan harus dilaksanakan secara bersama-sama dengan melibatkan stakeholder terkait terutama yang terkait dengan pengelolaan energi.

Baca juga: Konversi ke EBT, PLN Bakal Pensiunkan PLTU Batubara Mulai 2026

"Dengan adanya sinergitas bersama stakeholder terkait seperti PLN dan Pertamina dengan didukung oleh lembaga penyelenggara ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) nasional kita bisa mendorong pengelolaan energi ini dengan baik," ujarnya dalam Pekan Inovasi Energi Baru dan Terbarukan, dikutip Kompas.com dalam siaran persnya, Selasa (27/7/2021).

Lebih lanjut dia mengatakan, BPPT BPPT telah membangun beberapa pilot plant atau uji coba EBT dalam upaya pemenuhan energi bersih di Indonesia.

Adapun program yang dimaksud di antaranya inovasi teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi skala kecil modular, bahan bakar nabati (BBN) B-50 dan green fuel DED uji roadshow B50, pembangkit listrik tenaga biogas, pilot plant fluid catalytic cracking 300 liter per hari, hingga pengembangan sistem charging kendaraan listrik beserta kajian baterainya.

Pilot plant serta kajian di bidang energi tersebut, kata dia, haruslah dibawa ke tingkat yang lebih besar, yaitu dalam skala industri.

Baca juga: Sumber EBT di Jawa Tengah Melimpah, Ganjar: Belum Tergarap dengan Baik

Hammam menilai diperlukan peran ekosistem teknologi untuk memperbesar lingkup penerima manfaat EBT.

"Jangan sampai teknologi karya anak negeri ini tidak terdengar, yang mengakibatkan Indonesia harus mengambil opsi impor energi," ungkap Hammam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com